spider web

Di toilet
Kamu tahu nggak, ternyata Asri yang tiap pagi ketemu kita di lift itu bisa dipakai juga. Bisik Rini pada Juli di toilet kantor. Ternyata kantor di bawah kita memang sarang cewek-cewek begituan.
Lagi butuh duit kali. Walaupun berlagak cuek tapi Juli memperhatikan juga. Eh, tapi, masak sih? Siapa yang bilang?
Sumber yang bisa dipercaya.
Iya. Tapi siapa?
Masak kamu nggak percaya sama aku? Memangnya aku pernah bohong?
Bohong sih belum. Tapi mungkin kamu salah informasi.
Ya udah deh, kalau nggak percaya.
Kalau kamu nggak kasih tahu aku siapa sumbernya, dari mana aku bisa percaya?
Oke, aku kasih tahu. Tapi kamu bisa tutup mulut kan?
Memangnya aku ini ember apa?
Jangan sensi gitu dong.
Lagian, kamu ngeselin. Kalau nggak berniat cerita, nggak usah cerita aja dari tadi.
Iya… iya…
Iya. Jadi siapa?
Ya orang yang pernah make Asri.
Kok kamu bisa kenal?
Iya dong…
Pintu toilet dibuka dari luar. Seorang perempuan masuk. Perbincangan selesai.
Rini keluar dari toilet setelah mengeringkan tangannya. Juli menyusul setelah menarik beberapa tisyu untuk ditaruh di mejanya.

Di dalam lift
Gus, cariin orang untuk temen ntar malem dong.
Kamu mau ngapain lagi?
Biasa…
Istri kamu?
Udah males aku sama dia.
Kenapa?
Standard. Gitu-gitu aja. Bosen. Dingin.
Kamu udah nyoba ngomong sama dia?
Sudah. Sering.
Terus?
Alasannya capek. Banyak kerjaan di kantor. Besok aja kalau mau yang aneh-aneh. Sekarang yang standard aja. Tapi giliran besoknya ditagih, masih aja alasan besok-besok terus. Aku main sama dia seminggu sekali juga udah bagus.
Cari pacar dong!
Biayanya lebih mahal. Lagian aku sebenernya cinta sama istriku.
Gus mendengus. Tapi kan aman kalau sama pacar sendiri. Nggak resiko kena penyakit segala. Kalau sama cewek sembarangan, berarti dia kan juga udah dipakai sama banyak orang.
Makanya aku minta kamu yang nyariin. Kalau sama kamu aku yakin aman.
Gimana kamu bisa yakin? Orang penyakitnya di dalem.
Yang biasanya jalan sama aku kan temen-temen kamu sendiri?
Ya iya. Tapi mereka sendiri juga pasti nggak tahu apakah mereka bener sehat atau enggak. Gimana kamu bisa seyakin itu?
Yang penting bersih.
Suruh aja istri kamu mandi!
Udah! Kamu mau nggak nyariin aku?
Sama Asri gimana?
Pintu lift terbuka di lantai 5. Seorang perempuan masuk. Dia memencet angka 19. Gus dan temannya berbicara sedikit lebih pelan.
Asri?
Iya. Kamu pernah kan sama dia?
Yang rambutnya ikal panjang itu?
Iya.
Gedung sebelah kan?
Iya. Masak kamu lupa sih? Udah kebanyaken ya?
Laki-laki yang ditanya itu cuma tersenyum. Nggak ada yang lain?
Ya ada sih. Tapi kalau yang lain aku males aja ngurusnya.
Kamu dapat persenan banyak dari Asri ya?
Sama dia aku malah sama sekali nggak ngambil untung. Dia butuh duit man!
Yah, terserah kamulah. Tapi itu alternatif terakhir.
Emang kenapa?
Orangnya sombong.
Emang kamu berharap apa? Urusan kamu kan cuma di kamar aja. Begitu transaksi selesai, urusan juga selesai. Setelah di luar kamar ya jangan berharap lebih dong.
Kalau gitu, apa bedanya sama istriku?
Lift sudah sampai di tingkat ke-15. Perempuan yang masuk di lantai 5 tadi memencet angka 23. Lantai tertinggi di gedung itu.
Dua laki-laki yang sedang bernegosiasi tadi langsung menghentikan obrolan mereka.
Kamu turun dimana?
20.
Aku juga deh.
Kamu nggak langsung ngantor?
Bentar. Aku mau lihat kantor kamu dulu.
Ting!
Suara denting lift membuka pintu di lantai 19. Perempuan yang tadi memencet angka 23 itu keluar. Gus dan teman berbincangnya saling memandang.
Bukannya dia tadi mencet angka 23?
Kamu merhatiin juga?
Iya.
Apa dia cuman mau nguping ya sebenernya?
Bodo’ ah!! Paling besok nggak ketemu lagi.
Iya. Aku juga nggak pernah bareng sama dia di lift.
Ting!
Kali ini sudah di lantai 20.
Aku duluan ya, laki-laki bernama Gus meninggalkan temannya begitu pintu lift membuka. Mereka kembali pada pekerjaan masing-masing sambil menunggu hari gelap.

Di TV
Pemirsa, dilaporkan seorang pengacara muda dari Mr. X and partner tertangkap dalam operasi Jerapah ketika sedang mabuk. Setelah diadakan tes urin, ternyata pengacara berinisial AH tersebut dinyatakan positif mengkonsumsi narkoba jenis Z. Setelah dilakukan penggeledahan terhadap tas tersangka, ditemukan barang bukti berupa 1 gram heroin dan beberapa butir ekstasi. Saat ini tersangka meringkuk di bangku tahanan untuk pemeriksaan selanjutnya.

Di Ruang Meeting Kantor
Saya tidak mau tahu, mulai sekarang apapun alasannya, kalau ada karyawan yang berurusan dengan pihak yang berwajib, maka saat itu juga urusannya dengan kantor ini dianggap berakhir. Dipecat! Tanpa pesangon. Tanpa surat referensi.
Semua karyawan Mr. Y and Partner yang ada di ruang tersebut hanya tertunduk diam.
Saya tidak peduli apakah karyawan itu orang yang berprestasi, sedang mendapat promosi, office boy, driver atau bahkan orang yang memiliki posisi yang baik di kantor, semua akan mendapat perlakuan yang sama. Nama baik kantor ini jauh lebih berharga daripada nasib satu orang karyawan. Saya harap ini cukup bisa dipahami.
Semua masih terdiam.
Kalau ada salah satu dari anda yang merasa keberatan, silahkan utarakan sekarang, karena begitu keluar dari ruangan ini, maka keputusan saya tidak bisa diubah lagi.
Seorang perempuan mengacungkan tangan.
Silahkan!
Apakah ini berlaku hanya untuk kasus pemakaian obat-obat terlarang, atau juga untuk kejahatan yang lain?
Anda bisa lebih spesifik?
Misalnya cewek yang mencari tambahan dengan melayani laki-laki hidung belang.
Semacam PSK terselubung maksud anda?
Kurang lebih.
Orang yang sedari tadi berapi-api berbicara sendiri dan menjadi pusat perhatian di depan white board tersebut terdiam memikirkan jenis kejahatan yang dipertanyakan karyawati tersebut. Dalam hati dia mempertanyakan apakah pekerjaan sambilan semacam itu bisa disebut kejahatan. Sementara peserta meeting dadakan yang lain langsung menyimpulkan kalau pertanyaan perempuan itu berhubungan dengan pekerjaan sambilan yang ditekuninya sendiri.
Kalau sampai tertangkap yang berwajib, maka perlakuannya akan sama.
Tidak ada pertanyaan lagi.
Saya sebenarnya tidak peduli, apakah anda suka mabuk, sering keluyuran di diskotik tengah malam, pulang dalam keadaan tidak sadar, tidur dengan sembarang perempuan, atau mungkin anda sendiri perempuan yang semacam itu, saya tidak peduli! Anda mau jadi banci saya tidak melarang. Anda punya empat istri juga terserah anda. Yang jadi masalah adalah kalau sampai ketahuan! Kalau sampai menjadi urusan yang berwajib!
Perusahaan kita adalah perusahaan yang mempertaruhkan nama baik dan kepercayaan. Siapa yang mau percaya dengan kantor pengacara yang karyawannya berurusan dengan polisi? Klien kita akan lari. Kalau klien kita lari, maka perusahaan ini mau kerja untuk siapa? Kalau tidak ada yang mau kasusnya kita tangani, anda mau makan apa?
Laki-laki itu terdiam sebentar. Mengatur nafas.
Mungkin sebagian besar dari anda bertanya-tanya mengapa saya begitu marah dan mengatakan semua ini pada anda. Baiklah saya beritahu. Pagi ini saya menonton acara kriminal di TV dan bla… bla… bla… Mungkin saat ini kita beruntung kejadian ini tidak terjadi pada karyawan kantor kita, tapi kalau saya tidak mengambil tindakan prefentif, siapa yang tahu apa yang akan terjadi di kantor kita nanti?

Di Pesawat Telpon
Gus, yang tadi pagi cancel dulu aja.
Yang mana?
Rencana buat jalan ntar malem.
Kenapa? Takut istri?
Nggak! Ada kasus di kantor.
Ya udah. Kalau ada apa-apa kabarin aku ya.

Di Kamar
Kok udah pulang mas? Baru jam 10, katanya mau sampai malam?
Kantor lagi riweuh. Pusing. Nggak bisa kerja juga di kantor. Kamu yang telat pulang. Darimana?
Jalan sama anak-anak kantor. Kirain kamu pulang malem.
Ohh… parfum kamu baru?
Nggak! Tadi nyobain aja di mal.
Sang istri langsung membalikkan badan dan siap menarik selimut.
Juli, kamu capek ya hari ini?
Banget. Besok pagi aja ya?
Bukannya malah keburu-buru kalau pagi-pagi?
Makanya bangun rada pagian dong.
Sekarang gantian sang suami yang membalikkan badan memunggungi istrinya.

Di YM
Asri, ntar malam batal nggak papa kan?
Kenapa Gus? Gw lagi butuh duit nih.
Gw juga nggak ngerti, tapi orangnya yang ngebatalin.
Wah, loe bisa minjemin gw dulu nggak?
Gw juga lagi butuh. Emang loe perlunya berapa sih?
Loe adanya berapa?
Yee… ditanya malah nanya!
1 ada?
1 apaan?
Jutalah, emang kalo milyar loe punya?
Gw adanya 1 dolar. Mau? ?
Gombal!! Recehan tuh!
Ya udah, ntar gw usahain.
Di layar muncul nama lain, ‘Lonely’
Halo Asri…
Siapa nih?
Lonely, nggak bisa baca apa?
Iya, maksudnya nama asli…
Nggak penting!
Terus?
Mau nggak nemenin gw ntar malem?
Emang gw cewek apaan?
Gw juga nggak mau sama cewek sembarangan kok.
Siapa sih loe?
Nggak penting!
Emang mau ngapain ntar malem?
Nggak ngapa-ngapain. Males aja kesepian di rumah.
Gw mahal lho!
Gw tahu.
Tahu dari mana?
Nggak penting!
Semua nggak penting! Terus apa yang penting buat loe?
Loe!
Mau ketemuan di mana?
Di hotel Z, sebelah kantor loe, jam 7 malem.
Pulang kantor aja gimana?
Loe pulang jam berapa?
Jam 5.
Sama. Ntar loe langsung aja ke kamar 16.
Awas kalo loe cuman ngerjain gw ya.
Nggak mungkin. Gw butuh temen.
Gw butuh duit.
Asri meneruskan pesannya pada Gus,
Gus, gw nggak jadi minjem.
Kenapa?
Udah dapet mangsa.
Wah, banyak amat makelar loe?
Temen chatting.
Ati-ati ya.
Bubye…

Di Toilet
Rin, ternyata Asri emang bisa dibawa.
Aku kan udah bilang dari kemarin.
Ya, kemarin aku belum lihat buktinya.
Emang kamu udah lihat sendiri sekarang?
Temenku sendiri yang make dia.
Berarti anak kantor bawah kita emang pada bisa dibawa-bawa yak?
Namanya juga orang media. Biasa ketemu banyak orang, banyak kebutuhannya. Banyak maunya.
Paling mereka nyari tambahan dari situ untuk biaya nutupin gaya hidup yang mewah itu kali yak?
Bisa jadi.
Rini bergidik. Juli tersenyum.

Di Kamar 414 Hotel Z
Ting tong… Ting tong…

Juli mengintip di lubang kecil di pintu hotelnya. Dia melihat Asri dan tersenyum. Juli membuka pintu.
Asri terkejut. Maaf saya salah kamar. Asri buru-buru berbalik dan melangkah berniat meninggalkan Juli. Tangan Juli segera meraih pergelangan tangan Asri.
Kamu nggak salah kamar. Saya lagi nunggu kamu. Asri kan?
Langkah kaki Asri terhenti. Dia menoleh.
Masuk. Kita ngobrol sebentar, kalau kamu nggak suka, kamu boleh pergi. Tapi saya tahu kamu butuh uang dan saya punya uang itu.
Asri urung pergi. Dia lebih membutuhkan uang daripada apapun yang akan terjadi di dalam kamar ini nanti.

Agustus 2005

← sang pencari
all we really want is big 'o' →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →