bagaimana menghilangkan kebencian?

Semalam saya mengalami kesulitan tidur. Salah… salah… begini yang benar, semalam saya terbangun beberapa kali. Karena ternyata saya tidak terlalu mengalami kesulitan untuk memejamkan mata lagi.
Setiap kali terbangun, wajah yang pertama kali muncul adalah orang yang membuat kebencian bercokol dengan tentram di hati saya selama beberapa bulan terakhir ini. Saya mengingatnya secara detil, lalu membayangkan setiap pembalasan yang mungkin saya lakukan. Setelah saya bayangkan dia putus asa, sedih atau menangis, karena merasa bersalah, dan merasa memang layak mendapatkan balasan dari saya, baru saya bisa tidur lagi dengan nyenyak. Begitu sampai berulang 3 kali.
Bangun yang ke-4, saya bergidik sendiri. Saya jadi ingat Hanibal Rising, alangkah sadis namun elegannya dia, lalu ingat milis tidak bertanggung jawab yang menyebutkan kalau hampir semua pembunuh berdarah dingin itu, diberi nama dengan 13 abjad oleh orang tua mereka. Dan bapak saya menamai saya dengan 13 abjad. What a coincidence?

Saya tidak mau menjadi pembunuh berdarah dingin!! Saya mau jadi manusia berhati hangat. Halah!! Akhirnya bangun pagi ini, saya merencanakan untuk menghabiskan hari dengan tersenyum. Dan saya berhasil. Waktu nulis ini, saya sambil senyam-senyum. Dan sekarang, saya akan mencoba menelaah apa saja hal-hal yang bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan kebencian.
Kalo gak bener-bener siap, gak usah dibaca, karena konsekuensinya mahal:

1. Pastinya adalah memaafkan diri sendiri. Dan itu harganya mahal. Artinya kita harus menerima kalau kita kalah, menerima kalau kita pemarah, menerima kalau kita cengeng.
2. Memaafkan orang lain. “Hhh… buat guwe, gak ada lebaran!! Makan tuh puasa!!” Hehe… familiar dengan kalimat seperti itu? Don’t be! Capek tau, marah-marah mulu. Atau, ambil jalan tengah. Boleh marah di hari Rabu sama Kamis aja misalnya. Jadi, di 2 hari itu, hindari bertemu dengan mahluk allergen kemarahan itu. Di sisa hari yang lain gimana? Berusaha keraslah untuk gak marah. Hehe… saran ini agak berat untuk mereka yang tinggal serumah, kerja sekantor, atau kuliah di jurusan dan angkatan yang sama. Sangat tidak disarankan!!
3. Berusaha mengambil keuntungan darinya. Misalnya, gunakan kartu kreditnya, pakai pulsa dia sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi anda, manfaatkan kendaraan pribadinya untuk kesenangan sendiri. Hehe… Kalau tidak ada apapun yang bisa kita ambil darinya, buat apa kita benci sama dia? Mungkin dia memang nggak ada gunanya… ;))
4. Buat benteng perlindungan! Lalu, lakukan pembalasan. Gini contohnya, pekerjaan anda diserobot teman kerja. Sabar.. tunggu sampai dia mengerjakan sesuatu sendiri, lalu gantian serobot!! Pacar anda direbut orang? Sabar.. tunggu sampai dia lengah, rebut bapaknya dari ibunya! Hwahaha… kidding! Rebut kembali pacarnya lah… tapi segera campakkan lagi!! Karena pacar yang mudah berpindah hati, bukan pacar yang layak diperebutkan lagi!!
5. Kalau semua cara itu belum berhasil, lakukan hal-hal yang anda sukai. Kalau saya sih, saya suka belanja, makan, nonton, dan jalan-jalan. Ketika melakukan hal-hal tersebut di atas yang saya sukai, saya melupakan kebencian saya padanya, saya memaafkan diri sendiri, bahkan melupakan kalau dia pernah saya kenal. Yang paling nggak enak nih, ketika mau melakukan hal-hal yang kita sukai, eh… ternyata masih ketemu aja, sama orang yang kita benci. Howeeekkk…

Udah ah, semoga anda nggak begitu saja percaya sama saya. Pasti setiap orang punya cara sendiri untuk mengekspresikan diri. Iya kan? Jadi, silahkan marah, diam, ngambeg, teriak-teriak, nangis! Apapun. Asal tidak mengakibatkan anda masuk penjara. Setuju ya?

← menjaga hati
chants of lotus →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. kebencian..emang kalo ada orang yang pernah nyakitin or nyinggung perasaan,biasanya lahirlah kebencian..tapi baiknya belajar untuk memaafkan dan melupakan.. to forgive and forget..jgn nyusahin diri sendiri dgn memelihara benci itu.. just be happy.. n live life to the fullest! ^^

  2. Cintailah dengan mendalam dan bergairah
    Anda mungkin akan terluka
    Tapi ini satu-satunya cara untuk menjalani hidup yang sebenarnya

    *nyontek kata-kata orang*

  3. Aku suka tulisan ini..sederhana, lugas dan tepat menyentil hatiku. Membenci memang hal yang sangat mudah tapi mencintai ?? sulit sungguh. Rasanya kebencianlah yang membuat banyak penderitaan.
    “Love is a given, hatred is aquired” (Doug Horton)..

  4. Gi mn sich crx buat blog sperti punya km, maqsdx kamu pake’ situs apa, yg aku tw cm wordpress n blogger, trus blog km tuh ga’ sama dgn wordpress n blogger, km pake’ apa sich situsnya, tolong donk kasih tw gi mana caranya….?
    kirim comment aj ke (http://purwantoahmad.wordpress.com)
    atau kirim E-mail aq aj (faiqotunnajasah@ymail.com)

  5. iya mbak, kadang kita ngerasa sebel banget bila disakiti (ya iyalah masak sorak2 bergembira)…..

    tp kalau mbales kayaknya rugi waktu, mending buat meningkatkan potensi kita, kan doa orang yg di dzolimi itu mustajab he3 atawa cepet terkabul, kita berdoa aja buat diri sendiri, biar kaya raya …ha ha ha..pokoknya yg baik2 gt….

    smngt mbk…..!!!!

    yg jelas pasti orang tersebut nggak akan hidup tenang kok karena telah menyakiti orang lain =)

  6. kamu tahu…memang dalam hidup ini akan timbul rasa benci..tapi apa yang aku lakukan adalah aku mintak pada tuhan semoga diampunkan kesalahannya dan kesalahanku…moga kami akan mendapat keberkatan atas kebencian yang tumbuh tanpa diundang ini…lupakan dan sambil senyum katakan pada diri sendiri…alah..biarlah..

  7. Saat nulis ini, aku jg msh dalam kebencian
    Tp aku tahu bener kalo kyk gini ini nggak baik bagi semua…
    aku akan berusaha terus apapun caranya utk terlepas dari kebencian…
    aku gak bisa apa2, selain berusaha dan berusaha…

    Doakan saya dan semua yg senasib ya…

    Thanks

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →