suatu siang di toko Oen’s

Pssstt.. jangan bilang-bilang ya, kalau selama 14 tahun tinggal di Semarang, baru sekali ini aku masuk toko Oen’s yang legendaris itu di Jl. Pemuda. Hiks! Aku agak malu karenanya.
Kemaren sore, seperti biasa bersama dua sahabat sejatiku, para kekasihku, teman dalam penderitaan, lebih berteman lagi kalau sedang tidak menderita, sodara-sorada tercintaku, Ditto dan Aya, kami makan siang di Oen’s.
Menu:
Dian : gado-gado, es krim kopyor, air mineral, poefertjes (semoga tulisannya bener.
Aya : Nasi goreng spesial puedes (ternyata masih kurang juga pedesnya), es green sand.
Ditto : Es krim kopi yang enak gila dan… menu andalan kita, sate babi. Bener-bener nih orang, nggak ada belas kasihannya sama sodara, hehe! Peace Dit!

Karena toko Oen’s ini begitu legendaris, maka sodara Aya dengan sepenuh hati mengabadikannya. Berhubung saya kurang pandai berpose sendiri, maka jadilah foto-foto yang diabadikan di sana adalah foto pre wedding. Hmmppphhh… again???

Kayak gini nih, hasil foto-fotonya. Sungguh di luar dugaan, karena begitu dipajang di ym hari ini, langsung banyak yang menyapa.
mas Ogham: Wuah…kapan diresmikannya nih?
mb Itta: Ditto sama siapa sih mb? Mesra banget?
Kebalik kan? harusnya mb Itta nanya, Dian sama siapa, kok romantis banget. Hiks! She didnt even notice me at all. Iya deh, ini emang efek catokannya salon Eno yang dahsyat itu, efek eye shadow bodyshopnya Rani yang dramatis.. Efek baju awulan seharga 14 ribu tapi tampak seperti ratusan ribu. Tapi masa’ tidak mengenaliku mb?
*siapa elu??*

Pokoknya ketika baca tulisan ini dan melihat gambar-gambarnya, jangan pernah percaya kalau Ditto bisa bermain piano. Itu yang pertama, yang kedua, jangan juga berpikir kalau suatu hari kami berdua akan menikah! Dosa! Gak boleh! Insest! Hwahahaha

Sepulang dari toko Oen’s aku langsung merencanakan another trip di Semarang. Jadi, nantikanlah foto-fotoku esok hari. Cos i’m going to ngubek-ngubek Semarang tomorrow.

← menjadi mbak anna
royalti →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. sebentar, aku harus mengecek kepalaku dulu, panas apa nggak…jadi ak dipaksa komentar, semua salahku, gara2 ak koment kalo potonya mirip kang Scofield sama Sara, chemistrynya maksude, tapi setelah diteliti lebih lanjut, kok ak agak ga terima ya, maka kudeklarasikan bahwa gambar2 tersebut sungguh mesra layaknya Benyamin S dan Ida Royani ataupun bang Haji Oma beserta Yati Octavia…huehehehehehehe..pissssss…tapi nek arep kawin yo ra popo..rasa rasaaaa…

  2. Eh.. jujur deh. Aku di semarang udah dari taun 1993, dan baru bulan april 2008 masuk ke toko Oen, dan tentu saja the first times selalu membuatku terlihat bodoh! Tapi emang sih tempatnya jadoel banget ya bu… cocok lah buat kita yang udah agak jadoel ini. Kalo kesana lagi, salam buat 2 sejoli yang selalu berlari-lari kian-kemari dibawah meja-meja ya bu… (hiiiiii)

  3. Mbaakk.. maass… maaf.. ongkos potona belum bayar.. Maaf lagi.. mesin EDC saya rusak… jadi mbak ato mas ambil duid di ATM aja ya. Noh.. di Sri Ratu ada. Tinggal nyebrang aja..

  4. Whakakaka… iya, udah gak bawa cash, mesti ngambil di atm, udah gitu, pas ngambil di atm, ada yg tersesat ke bagian CD-CD. Mana belanja lagi!
    Aduh!!!

  5. Hmm… sedikit membetulkan saja…. gw bisa maen piano kok, meski skrg yg masih gw hapal di luar kepala cuman lagu mary had a little lamb, red baloon, sama the ant song hahaha…. but.. i can play that…hehehe

  6. Oen’s tempatnya emang oldies bgt tp soal makanannya seh bersaing banget..
    cobin steak lidahnya deh yummy bgt sampe2 lupa klo mau diet hehe… klo siang seperti toko lama gitu kan..nah klo malam disulap menjadi resto penuh kenangan gt..kayaknya oen’s menyimpan banyak cerita cinta para kakek nenek kt deh, ya bisa dibilang saksi bisu..trus ada solo pianonya lg, so pasti lagunya mendukung suasana sampe2 lupa klo sebelum masuk kesitu td sempat bt karena macet mau nyebrang atau berantem ama tukang parkir karena dia aja bingung mau parkirin mobil kt dimana..apa lg klo kt sumbangin suara emas kt diiringi piano clasik khas oen,s walaaahhh jd pengen kesana tiap hari DIJAMIN!
    btw ya mbak msh ada koq tempat bagus lg disemarang selain oen’s
    di tungdeblang pool and resto hahahahaha

  7. Toko Oen? wah inget 11 tahun lalu. Pacar yang jadi suami sekarang ngajak nyoba makan di situ pas lulus ujian skripsi, iya dong masa 4 tahun kuliah di semarang ga mampir sekalipun, kan katanya tempat historis. aku pilih steak udang, suer enak banget. sekarang aja masih inget, kalo main lagi ke semarang yakin deh mo mapir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →