an inconvenient truth

Melanjutkan ke-mellow-an yang dipersembahkan alam di weekend kemaren, hari Minggu selain nonton Oprah dengan O Ambassador-nya, nonton juga an Inconvenient Truth. *sigh*
Liatnya sambil sedih. Don’t know what to do. Ternyata berhenti makan daging sapi, kambing, babi dan ayam aja sama sekali nggak cukup. Ada industri besar yang mesti disadarkan. Ada kekuatan besar yang nggak paham sama kekuatan mereka sendiri. This is what I got from inconvenient truth:

  1. Beruang kutub mesti berenang puluhan kilometer untuk menemukan bongkahan es untuk mereka hidup. C’mon guys!! pernah ngebayangin berenang sejauh itu? Untuk menemukan tempat hidup kita?
  2. Semakin banyak es yang meleleh di kutub, semakin terendam daratan kita. Eh, udah lihat banjirnya Semarang kan? Atau inget banjirnya Jakarta tahun lalu? Atau di Pati, atau di negara-negara lain yang kita lihat di TV? Imagine it happened all the time. Jutaan orang harus dievakuasi. Meaning what? Butuh rumah baru, sekolah baru, mata pencaharian baru! *sniff*
  3. For me, salah satu pesan lainnya adalah: berenti menambah jumlah penduduk dulu deh. Bukannya apa-apa, tapi menurut itu film, pembengkakan jumlah penduduk bumi ini terjadi setelah era baby boomers. Grafiknya parah gila. Dan itu artinya adalah, kebutuhan akan sandang pangan papan jadi melonjak gila kan? Ternak, tebang pohon dan industri jadi nggak bisa dihentikan juga. Bukan salah kita emang… Juga bukan salah kakek nenek kita. Intinya adalah, nggak usah nyari siapa yang salah. Ini bagian yang harus kita hadapi aja. Ini konsekuensi yang mau nggak mau harus kita tanggung bareng. If we’re talking about penerus keturunan. Please, nggak harus darah daging kita lho.Yang udah ada aja, kita bantu pelihara.
  4. Ada lagi hal penting dari inconvenient truth. saat ini, dunia kita menggunakan banyak sekali teknologi baru. Tapi sayangnya, belum disertai dengan new habit. Misalnya aja, orang punya kemampuan untuk mengembangkan nuklir sebagai senjata perang. Mestinya nih, orang sadar dengan konsekuensi dari main-main dengan nuklir, iya kan? Aduh… nggak usah nuklir deh. Contoh paling gampang aja, mobil dan sarana transportasi yang canggih sekarang ini, jarang yang inget konsekuensinya buat badan lho. Orang jaman dulu sehat-sehat karena olah raga mulu. Lari, berkuda, berenang. Sekarang mau ke lantai 3 aja naik lift atau eskalator. Jadi numpuk deh penyakitnya. Belum lagi makanan. Aduh… do I sound so bawel?

Tapi most of all, yang kutangkap banget-banget dari filmnya Al Gore itu adalah, we can change the world. Tapi nggak bisa kita lakukan sendirian. Kita harus bersama-sama melakukannya. Jadi, siapapun yang memiliki niatan merubah dunia, towellah orang di sebelahmu, di depanmu, di belakangmu. Ajak mereka melakukan hal yang sama.

Misalnya dengan melakukan:

  1. Nggak pake kantong plastik lagi kalau belanja di supermarket atau dimanapun.
  2. Kalo belum bisa berhenti makan daging, kurangi deh, seminggu sekali misalnya. Eh, sate kedelai enak juga lho rasanya..
  3. Beli segala sesuatu dalam ukuran besar. Pasta gigi, sampo, sabun, makanan, apapun dalam kemasan lah. Kenapa? Itu hemat buat kita, dan produksi plastiknya jadi nggak kebanyaken.
  4. Matikan listrik yang nggak diperlukan. Cabut stekernya dari tancepan.
  5. Jalan kaki atau naik sepeda untuk jarak-jarak yang reasonable ditempuh dengan dua olah raga itu.
  6. Makan makanan segar, yang bukan olahan. Lebih sehat dan kita tahu pasti energi yang kita dikeluarkan untuk memproduksi makanan itu nggak banyak-banyak amat.
  7. Kemana-mana bawa plastik, tempat minum plus airnya, kotak makanan – siapa tahu kita beli makanan take away.

Nah, yang ini khusus buat para pengusaha gede nih:

  1. Kita balik lagi kayak jaman dulu yuwk, segala sesuatu pake sistem curah aja. Mau nggak? Minyak curah, sampo curah, sabun cair curah, saos tomat curah, sabun cuci curah… jadi nggak perlu produksi banyak-banyak bungkus yang pada akhirnya kebuang kan?
  2. Para pengusaha pusat berbelanjaan tuh, bikin aturan, no more plastic bag!! Jadi bukan dari kita para pembeli idenya, tapi dari anda. Gimana? Jadi, dari awal para pembelanja itu dicegat dan diingetin untuk bawa plastik sendiri. Biar mereka ambil di mobilnya. Kalo nggak ada, biar mereka berpikir untuk nggak beli banyak-banyak, secukupnya dipegang tangan aja, gitu. Gimana? Setuju ya… Kalo setuju, kita mulai dari sekarang yuwk..
← menangis semalam
your partner is what you are. →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. Carrefour tuh harusnya benerin plastic policy-nya.
    Di Prancis sana kantong plastik dijual mahal bgt supaya customer bawa sendiri.
    Kalo di sini malah green plastic bag-nya dijual en kantongannya dikasih2 gitu aja.
    Phew..!
    Apa kabar dunia 50 thn ke depan yah???

    * mulai vertigo dadakan

  2. Yay!!!
    Dapat dukungan dari Shantoy!!! Hidup Shantoy!
    Dapat hadiah jalan-jalan ke Asia Tenggara…
    Ayo bikin film tentang lingkungan Toy.

  3. Ayo Yan..
    Bikinin naskahnya dong.
    Kalo gw kan cuma penterjemah.
    Hehe..
    Jalan2 ke Asia Tenggaranya ama siapa?
    Biar gratisan kalo sendiri juga garing.
    Next year ya Bu.. Tetep agenda kita kan?

  4. Kalo aku punya pikiran refill kaya pembersih gitu, si produsen buat kaya mesin gitu, jadi konsumen tinggal bawa botolnya. ngantri gpp deh kaya di pom bensin, asal bisa bantu nylametin lingkungan. cuma usulnya ke mana yak krik krik krik sambil garuk kepala

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →