tattoo

Hari ini dikomporin mas Bram buat nulis tentang tattoo. Hmmpphhh… Iya nih, belakangan buat nulis perlu dikomporin dulu. Gaya banget ya? Bukannya sok sibuk atau sok nggak punya ide, (nggak punya ide, bangga!!) tapi memang sibuk dan memang nggak punya ide.
Sampai akhirnya mas Bram mengirimiku dengan paksa sebuah tulisan tentang tattoo. Baiklah mas, kutulis apa yang ada di kepalaku tentang tattoo setelah sekian lama.
I really wanna have a tat ever since I know that people can choose some drawing to mark their body. Jadi nggak cuma tailalat aja yang bisa diberkahkan sama The Almighty, tapi kita juga bisa memilih gambar, dan bahkan warna untuk ditempelkan di tubuh kita. Bisa permanen, bisa juga temporer.
Nah, seperti kebanyakan orang, sebelum sampai di pemikiran mau memasang gambar apa, orang akan lebih dulu berada di tahap, pasang gambar nggak ya? Dosa nggak ya? Dimarahin ortu nggak ya? Mempersempit lapangan pekerjaan, yet masa depan nggak ya? Dan sebagainya.
Iya kan? Untuk keyakinan tertentu, bertattoo adalah dosa, atau keyakinan yang lain lagi, mempercayai kalo tattoo-nya nggak di bagian yang dibasuh ketika wudhu, maka nggak papa. Lalu ada lembaga yang tidak menerima karyawan bertatoo, ada juga yang lembaganya menerima, tapi orang-orangnya tidak welcome terhadap tattooed people. Bahkan ada juga yang dari lingkungan terdekatnya sendiri kurang menyukai kalau adiknya, kakaknya, ibunya atau bapaknya bertattoo.
Ketakutanku untuk bertattoo hanya pada keluarga. Kalo ibu ngamuk, gimana? Surgaku kan bisa kocar-kacir. Bapak sih jelas cincai. Aku yakin banget beliau nggak akan marah. Beliau adalah orang hebat yang tidak menilai manusia dari kulitnya. Apa lagi anaknya. Paham bener dah beliau. Bukannya ibu nggak hebat, tapi ibu punya pandangan lain terhadap tattoo dan rokok. Pandangan yang agak kebanyakanlah.
Tapi rupanya aku salah.


Waktu pertama kali ibu lihat tattoo yang di atas ini, waktu itu nggak sengaja, komentarnya adalah, “Kaki kamu kotor ya dhek?”
jdag!! dalem!!
Aku : Nggak, itu tattoo.
Ibu : Nggak sakit?
Aku : Nggak
Ibu : Nggak dosa?
Aku : Tergantung.

Udah. Setelah itu pembicaraan tentang tattoo tidak pernah dibahas lagi. Tapi all the time aku pake celana panjang dan kaos yang menutup tattoo. Sampe akhirnya ibu bilang, kalo mau pake celana pendek, pake aja. Wong panas gini kok.
Yess…
Yess…
Ketakutan bakal kocar-kacir surganya udah nggak ada lagi. Ilang babar blas.
Tapi sekarang justru jadi berasa aneh. Dulu waktu belum ketahuan ibu kalo punya tattoo, rasanya pengen nambah gambar aja. Giliran udah ketahuan dan ibunya welcome aja, sama sekali nggak ada keinginan untuk nambah tattoo.
Jadi, yang orang bilang kalau tattoo bakal bikin ketagihan, itu really not work on me. Karena biasanya orang yang ingin punya tattoo menunda-nunda mewujudkannya karena nggak mau addicted, itu juga nggak berlaku.

Jadi, untuk apa sebenarnya punya tattoo? Nah, bagian itu, nanti kita bahas di tulisan selanjutnya ya… Nantikan!!

← EARTH HOUR, satu jam untuk BUMI
Menulis Itu Mudah →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. gw g ambil dr sisi dosa pa gak,dimarahin ortu pa gak. To me, tats r styrofoam on (in?)earth.jd kyknya lucu aja kalo kita peduli banget ama kesehatan,keindahan,n keselamatan lingkungan,tapi mengabaikan tubuh kita. Kalo alasannya seni,gw yakin produsen styrofoam jg bs blg ‘ini kan seni baru packaging’….Eh,yg blg boleh asal ga di anggota wudhu tu laki-laki impoten ato perempuan menaupose ya? kalo tau wudhu,harusnya dia ngerti juga yang namanya bersuci tu bukan cuma wudhu doang….Terakhir, tdk semua ‘diamnya’ ibu berarti restu, dan tidak semua yang direstui ibu berarti surga….

  2. thanks lenna
    liyak, in this case, bakalan panjang urusannya. kamu mempercayai yang kamu yakini, begitu juga aku.
    hehe…

  3. Tato itu bikin pengen nambah lagi. Berarti elo udah dpt motivasi untuk tidak, thats good then.
    Next tulisan coba lebih dalam lagi ya, tanya ama org2 yg punya tato apa mereka ada kecenderungan ketagihan.
    Lha? Kok gw kayak lagi ngasih assignment. Hehe..
    Ayo dong Yan, nulis lagi..

  4. makanya diawali dg ‘to me’ jeng…apa kudune for me 😉 (enggrese pating grathul kiye’)…ga ada maksud ngutak-atik keyakinanmu…sori if you feel so.lagian kalo semua komennya manis,gak seru ah (wkkkkk)….mmmm bkn gr2 ini kan ga mau contreng no 8 🙂

  5. weh, masalah contreng itu, gak bisa dipengaruhi oleh apapun je bu.
    kadung cintrong karo sing dudo, kqkqkqkq
    berharap jadi nyonya presiden soale
    hehe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →