18.442 orang terinfeksi HIV di Indonesia

Entah berapa 1 Desember yang sudah kita lewati bersama-sama. Sedihnya, setiap tanggal 1 Desember kita masih terus disuguhi bertambahnya angka orang yang terpapar HIV. Yang paling menyedihkan adalah, bukan cuma mereka yang dewasa dan memiliki tanggung jawab penuh atas perilakunya saja yang memiliki resiko tertular. Bahkan istri yang tidak pernah berhubungan seksual dengan orang lain selain suaminya, ternyata juga banyak ditemukan tertular HIV. Tanpa maksud mencari siapa yang salah dan siapa yang terkalahkan, tapi fakta bahwa HIV menjadi semakin common dalam kehidupan kita saat ini, harus mulai disadari bersama-sama.

Di Indonesia, ada 6 propinsi yang dinyatakan sebagai propinsi terkonsentrasi HIV, dimana jumlah orang terpapar HIV sudah mencapai angka lebih dari 5% dari jumlah penduduknya. Propinsi tersebut adalah, Papua, DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Timur dan Jawa Barat. Yang berada di luar propinsi itu, tidak disarankan untuk langsung berdiri dan bersorak, karena – sekali lagi – fenomena gunung es masih berlaku dalam kasus HIV ini. Sementara teman-teman yang tinggal di enam propinsi tersebut, disarankan untuk segera mengetahui status HIV-nya. Positif ataukah negatif.

Saya ingat punya seorang teman yang pernah bekerja untuk HIV di sub saharan Afrika. Dia cerita kalau di sana setiap orang pernah berinteraksi dekat dengan ODHA, atau banyak juga diantaranya yang ODHA. Contoh gampangnya gini nih,

  •  Adik saya ODHA
  • Saya baru saja menolong persalinan seorang ODHA, untunglah anaknya negatif
  • Satu lagi kasus ODHA dikeluarkan dari pekerjaan di kantor saya
  • Ibu saya ODHA padahal dia tidak pernah berhubungan dengan laki-laki lain selain ayah saya. Ayah saya sendiri meninggal setahun lalu karena TBC,

Pernyataan-pernyataan seperti di atas itu dan padanannya mudah sekali ditemukan di Afrika. Hal serupa bisa saja terjadi di Indonesia, kalau kita tidak mencegahnya. Saat ini jumlah orang yang terinfeksi HIV 18.442 orang (Data Dinkes Sep 09), diperkirakan tahun 2010 nanti jumlahnya bisa mencapai 130 ribu orang. Wah, kok meledak sekali? Bukan meledak, tapi angka yang sesungguhnya memang kadang tidak terungkap. Jadi kalau sekarang data cuma ada di angka 18 ribu, mungkin jumlah sesungguhnya bisa 10 kali lipat dari itu.

Now the question is, how can we play role in the prevention of HIV infection?

Iya dong, kita harus punya peran untuk mencegah penularan HIV ini. Setia, tidak berhubungan seks atau memakai kondom pasti sudah tahu dong ya?  Nah, ada cara lain lagi nggak? Pasti ada.

Kalau memang dalam salah satu fase hidup kita pernah merasa melakukan tindakan yang mengandung resiko terpapar HIV, maka VCT is a must. Ada banyak klinik VCT (tes HIV secara suka rela) di Indonesia ini. Silahkan datang dulu, ngobrol-ngobrol sama konselornya. Nah, sekarang, tindakan apa yang memungkinkan terpapar HIV?

  • Berhubungan seks tidak aman
  • Bertukar jarum suntik
  • Tattoo dan tidak yakin jarumnya baru atau enggak
  • Transfusi darah dan tidak yakin jarumnya baru atau enggak
  • dst

Nah, sepulang dari VCT, boleh dikatakan kita baru mulai salah satu tahap pencegahan. Kalau ternyata negatif, kita bisa jauh-jauh dari melakukan hal-hal yang beresiko terpapar HIV, kalau ternyata positif, tenangggg… DUNIA BELUM BERAKHIR.

Banyak kelompok dukungan yang bisa membantu kita mendapatkan informasi. Dimana mendapatkan obatnya, gaya hidup seperti apa yang harus kita ikuti, beraktifitas positif bersama-sama akan membuat kita bersemangat lagi. Karena saya punya banyak sekali teman yang terpapar HIV dan mereka sehat-sehat saja, justru jauh lebih aktif ketimbang dulu sebelum mereka mengetahui statusnya. Yang jelas tanggung jawab kita kalau mendapati status positif adalah: tidak menyalahkan siapapun dan tidak berusaha mencari teman dengan menularkan HIV pada orang lain.

← take me out from indonesia
Koin Keadilan Prita →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. membantu mencegah penularan hiv itu harus. tapi masalahnya adalah apa yang bisa kita lakukan kepada para ODHA?
    saya belum pernah bertemu secara langsung dengan ODHA dan jika bertemu, saya tidak berani berkata bahwa saya akan berani berdekatan dengan mereka, bukan karena benci ataupun jijik. tapi karena pengetahuan tentang cara penularan virus sangat kurang. sebenarnya dengan sentuhan kulit bisa nular nggak sih mbak?

  2. Sama sekali nggak mas.
    Gantian minum di gelas yang sama, mandi/berenang di kolam yang sama, berhadapan dengan jarak dekat, bersentuhan kulit, gantian handuk, sama sekali tidak menularkan HIV.
    Yang menularkan adalah:
    berhubungan sex dengan ODHA tanpa kondom
    penularan dari ibu dengan HIV ke bayi yg dikandungnya
    bergantian jarum suntik dengan ODHA

  3. woiii, cepat sekali balasnya.
    oke makasih infonya. berguna sekali! karena gimana kita bisa membantu mereka kalo untuk berdekatan aja kita takut 🙂

  4. saya pernah merawat ODHA ketika koas.jgnkan org awam,pihak RS atau praktisi kesehatan seperti saya pun kadang suka memperlakukan para ODHA dgn cara yg tidak manusiawi.waktu itu si penderita di isolasi disuatu ruang,yg berani berinteraksi dgnnya hanya istrinya saja,keluarga yg lain boro2.yg mengecewakan..supervisor saya yg seorang dokter spesialis sama sekali tidak mau menyentuh sang pasien 🙁 pdhl semua org tau,HIV tdk menular dr sentuhan.dan disayangkan dia adalah seorang dokter spesialis,penyakit dalam pula spesialisasinya.kasihan..disaat dia butuh dukungan,banyak org yg tdk ingin menganggap dirinya ada.saya sendiri waktu itu seorang koas,yg hanya menurut apa yg dikatakan supervisor,tdk punya hak berkata2.akhirnya si penderita dirujuk ke RSUP,dgn maksud supaya mendapat pelayanan yg lebih baik.krn memang pastinya di RS provinsi pastilah lebih lengkap perawatan untuk para ODHA.masalah HIV AIDS memang masih perlu banyak sosialisasi kpd masyarakat ttg penyakit ini sendiri.janganlah mereka (ODHA)disalahkan,dikucilkan,dianggap nista,dianggap tdk pantas hidup,mereka jg manusia..

  5. wah, bu dokter pengalamannya pasi banyak banget berinteraksi sama teman-teman ODHA ya. Saya pernah ketemu teman dari JOTHI (jaringan orang terinveksi HIV) di Surabaya, mereka berkenalan dengan teman yang juga dokter dan langsung bilang, “Mbak, jangan diskriminasi kita ya. Kalau orang rumah sakit aja mendiskriminasi kita, bagaimana dengan orang luar.” Padahal itu adalah pertemuan pertama mereka.
    Fiuh…
    Yuwk, sama-sama cari tahu tentang HIV. Bukan untuk menjauhi orangnya, tapi untuk menjauhi virusnya.

  6. Saya belum pernah merawat orang dengan HIV.
    Insya Allah akan bersikap biasa saja, sama seperti saat menangani pasien lainnya 🙂

  7. Rasa cinta pasti ada

    Pada makhluk yang bernyawa

    Sejak dulu hinggi kini

    Tetap suci dan abadi

    Tak kan hilang selamanya

    Sampai datang akhir masa

    (Lagu Renungkanlah, ciptaan dan dinyanyikan siapa ya,lupa…)

    ——–

    Apakah anda mempunya rasa cinta ? Jika ada tuangkanlah dalam puisi dan daftarkan pada acara PARADE PUISI CINTA di http://abdulcholik.com/acara-unggulan/acara-unggulan-parade-puisi-cinta

    Sahabat yang lain sudah disana semua,tinggal menunggu puisi anda. Hadiahnya menarik lho, maka segera ikuti acara unggulan ini.

    Salam hangat dari Surabaya

  8. saya juga menyarankan pada semua orang di indionesia jangan menjauhi orang yang terjangkit odha melainkan kita harus memberi support pada mereka agar mereka tidak merasa diasingkan oleh kita

  9. I’ve been through the test, tapi bukan krn niat..krn paksaan dokter yg akhirnya bikin asma kambuh krn emosi..hihi..tdk bermaksud menurunkan semangat, tapi klo kita terkena penyakit lain yg memang bener2 bikin kita sakit dan mereka ngeklaim kita kena HIV, rasanya kita tdk butuh dikasihani, kita butuh penjelasan resmi 🙂
    ada satu rumah sakit resmi pemerintah utk akses obat antiviral buat HIV dan setiap kali anda masuk ke klinik itu mereka akan memperlakukan anda seperti ODHA..satu lagi..sudah tahu prosedur testnya blom?..akan ditanya hal2 yg menyakitkan hati 😀 buat saya ..
    1. sudah menikah ?
    2. suami anda termasuk golongan yg resiko tertularnya tinggi tdk?
    3. apakah anda menganut aliran free sex?
    4. apakah anda selalu menggunakan pengaman pada saat berhubungan?
    5. kapan terakhir kali anda melakukannya?
    6. dengan siapa anda melakukannya?
    7. apakah anda pemakai?
    hmm..cukup 7 saja sudah cukup membuat kepala saya mendidih loh ..hihi..rasanya pengen mencekik mbak2 suster gila itu..:D they ask in a clear and high tone voice, maybe if it’s about filling a reguler form it still ok for me ..
    bukan tesnya yg bikin kita ga suka, tes mah tes ajah..prosedur pertanyaannya itu loh..melecehkan sekali..I support people with HIV but please, make it real not just playing with our heart..
    wondering jgn2 mbak dee suka nanya2 gitu juga tuh..hihi..hati2 ada yg lsg ngelempar sandal loh klo ditanya gituh..:D

  10. Aku pernah dengar, kondom juga tidak menjamin keamanan karena ada pori-porinya yang memungkinkan virus itu masuk ke orang lain ketika mereka berhubungan intim layaknya suami istri.

  11. Mb Wanda:
    Hehehe… sayangnya itu adalah prosedur resmi. Karena memang dengan cara itulah HIV menyebar. Unsafe sex (meskipun dengan pasangan resmi), karena bisa jadi salah satu pernah jajan di luar dan pasangan yg tidak pernah jajan kan jadi punya resiko tertular juga. Tapi harusnya tone yang bertanya nggak boleh begitu tuh. Nah, itu masukan yg bagus, nanti biar jadi kritik buat rumah sakit. RS mana tuh mb? Sebut aja, biar jadi masukan buat mereka. Biar memperbaiki service.
    Aku suka nanya-nanya gitu? Hehe… Iya memang. Dan mungkin tone-nya suka kelepasan di C minor kali ya. Hehehe… Maafkan.. maafkan.. everybody..

    @Danstar: setahu saya sampai detik ini, kondom masih menjadi salah satu tameng yang aman. pori2 tidak mungkin tertembus insyaallah. tapi kalau kondom robek, itu sangat mungkin membuat virusnya leluasa bergerak

    @Sunarno: caranya adalah melihat dengan mata kepala sendiri kalau petugas memakai jarum yang baru. begitu juga dengan jarum2 yang lain. saya pernah batal membuat tattoo karena tukang tattoo-nya tidak mau menunjukkan pada saya saat dia memakai jarum baru. hehe… kesehatan kita adalah hak penuh kita.

  12. Lam kenal juga

    Dan sahabat, mungkin jumlah sebenarnya masih ebih banyak lagi dari yang tercatat.
    Semoga kita semua semakin menyadari untuk berhati-hati menjauhi penyebabnya. Bukan menjauhi penderitanya.

  13. aku sempet bin9un9,haruskah aku men9ucapkan selamat hari aids ini 🙄

    miris den9ernya,karna indonesia termasuk palin9 banyak y9 terjan9kit,aku termasuk yan9 kuran9 setuju d9 pemakaian kondom itu jen9,laran9an sex bebas stuju tapi tanpa embel2 pake lah kondom,inikan sama ajah membolehkan secara halus..

    smo9a sajah kesadaran masy.akan aids ini suda jau lebih baik la9i..

  14. saya juga setuju. larang pemakaian kondom pada pasangan yg belum menikah!!! kalaauuuuuu…
    ada jaminan bahwa orang benar-benar tidak melakukan hubungan seks di luar nikah.
    masalahnya nih, orang berhubungan sex di luar nikah ini kan nggak ngomong-ngomong. lihat saja, angka belanja seks di Indonesia sampai 3,3 juta orang tahun ini. lalu kalau permintaan merembet menjadi: tutup lokalisasi!
    maka akan ada masalah baru, para pekerja seks ini turun ke jalan. kenapa? karena demand-nya selalu ada.

    kembali ke masalah kondom. tujuannya bukan untuk melegalkan hubungan seks di luar nikah. tujuannya adalah untuk menjaga kesehatan. kan udah dikasih opsi:
    A: abstinence (tidak berhubungan seks)
    B: be faithfull (setia pada pasangan)
    C: condom

    jadi, kondom memang adalah hal terakhir yang bisa kita lakukan untuk mencegah penularan. tapi tetap, kalau bisa setia, kenapa tidak?

    nuwun wiend

  15. Entahlah mau ngomong apa saat ini, penularan HIV/AIDS berajalan sangat cepat karena perilaku seks yang tidak sehat. Yang kasian justru para istri yang tidak tahu menahu malah tertular.
    Ada solusi ? teman-teman diatas sudah memberikan solusi. Bahkan sudah berpengalaman menangani kasus-kasus begini.

  16. @Aldy: solusinya adalah semua orang aware dengan HIV dan cara penularan, pencegahan, dan berkomitmen untuk tidak meularkan (kalau sudah positif) dan mencegah, kalau negatif HIV. Untuk tahu negatif/positif, memang harus tes dulu. Di beberapa negara berkembang yang sudah tidak terlalu terstigma dan mendiskriminasi HIV, test untuk HIV ini sudah menjadi mandatory test. Di Indonesia belum bisa demikian karena stigma dan diskriminasi masih tinggi.

  17. semoga utk ke depan, lebih byk dilakukan penyuluhan2 tentang hal ini… kalo perlu, sampe ke kampung2 lewat kelompok2 perkumpulan warga…PKK misalnya… agar masyarakat banyak, jadi semakin tau dan sadar tentang HIV…
    makasih banyak udah mau berbagi disini…
    salam hangat dan damai selalu…

  18. @pengamen ilmu: bahkan kesandung saja juga peringatan dari Tuhan lho mas… 😀

    @Hary4n4: sami-sami. salam damai juga

    @Dobleh: makanya… sering sering mampir ya mas. nuwun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →