Belajar dari Lula

Tentu saja bisa Lula siapa saja, termasuk Lula Kamal dan Lula Maya. Oh, itu Luna Maya ya? Tapi yang kali ini saya maksudkan adalah Lula da Silva, atau Luiz Inacio Lula da Silva nama lengkapnya. Dia adalah presiden Brazil saat ini. Kurang lebih sama dengan presiden kita yang sudah terpilih untuk kedua kalinya, Lula juga sedang menjalani periode ke-2nya sebagai presiden. Tapi bedanya adalah, saya merasa di keterpilihan keduanya ini, presiden kita dihajar semakin banyak masalah dan tampaknya masih belum berbuat banyak. Well, mungkin sudah, hanya saja hasilnya yang belum tampak. Owh… semoga ini tidak terdengar seperti membela diri sekali ya. Sementara Lula sudah menunjukan ke mata dunia sampai akhirnya istilah BRIC (Brazil,Russia, India, China) yang muncul di tahun 2001, bisa benar-benar dirintis jalannya, sehingga ekonom Jim O’Neill tidak hanya melontarkan ide kosong saja tentang 4 negara yang dikatakan akan melesat perekonomiannya dan mengalahkan negara-negara G7 sekarang. Karena negara-negara tersebut memang terbukti melesat. Termasuk Brazil.

Dan itulah kenyataannya. Kalau saja singkatan BRIC itu, I-nya stands for Indonesia, mungkin saat ini saya tidak akan membuat tulisan ini. Sayangnya, I dalam BRIC adalah masih India, dan bukan Indonesia. B-nya jelas untuk Brazil, itulah kenapa saya menulis ini. Membayangkan seandainya Indonesia dipimpin oleh seorang negarawan semacam Lula itu, saya sudah bisa mencium aroma sorak sorai yang tulus dari rakyat ketika menyambut presidennya berkunjung. Saya yang akan berada di baris terdepan. Dan bukan teriakan demo menuntut ini itu ketika pemimpin yang seharusnya mereka kagumi datang.

Lula yang berangkat dari keluarga miskin, yang bahkan orang tuanya hanya mampu menyekolahkan dia sampai kelas 4 SD saja, bisa mewakili rakyat dalam arti sesungguhnya. Memberikan subsidi pada perempuan yang sedang memiliki tanggungan untuk pendidikan anak, dan bukan memberikan BLT yang mengakibatkan kericuhan di sana-sini, kesimpangsiuran data, ketidakmerataan, dan sebagainya. Lula juga (kabarnya) paham banget setiap inci daerah di Brazil. Mmmm… saya tidak memaksa presiden kita untuk paham daerah-daerah di Indonesia semua sih, karena pasti terlalu besar untuk anda, tapi setidaknya kenalilah setiap masalah yang ada di negara ini. Bukan hanya datang ke daerah terpencil dan marginal ketika sedang kampanye, menjanjikan ini itu dan begitu saja lupa seolah-olah tidak pernah ada janji pada mereka.

Saya rindu seorang pemimpin, yang walaupun ditengah terpaan gosip buruk (who doesn’t sih) tapi dia tetap bekerja membuat kepercayaan masyarakatnya kembali. Saya juga rindu presiden yang tidak hanya pandai membuat jargon dan membaca naskah pidato di depan khalayaknya saja. Saya rindu presiden yang berbuat sesuatu. Saya rindu presiden yang berani membuat point-point bodoh seperti ini:

  1. Hentikan impor beras
  2. Temukan penjahat bank Century dan gantung di depan mata saya, meski misalnya ternyata dia harus menggantung orang terdekatnya
  3. Berikan layanan kesehatan gratis untuk orang miskin
  4. Berikan pendidikan gratis untuk mereka yang tidak mampu
  5. Hentikan mempekerjakan orang asing, sebagai gantinya, sekolahkan anak-anak negeri agar pandai, dan ajak kembali ke negeri ini untuk membangun bangsa
  6. Tegakkan keadilan, meski itu artinya harus memerah muka karena banyak kesalahan di sana-sini
  7. Selesaikan kasus Lapindo, adili penjahatnya
  8. Adili para penjahat lingkungan

Ada yang mau menambahi?

← Koin Keadilan Prita
two face(s) →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. Sepertinya sampe kiamat negeri kita akan begini2 terus.
    semua orang sepertinya sudah pesimis dan apatis, yang semula optimis pun jadi terbawa-bawa pesimis 😆

  2. dari 4 negara itu, mereka punya modal yang penting yang juga di miliki oleh Indonesia, Sumber daya manusia yang besar dan murah.
    dan saya nggak cukup punya pengetahuan untuk bisa melihat dengan jelas dimana letak perbedaannya sehingga keempat negara itu bisa dengan cepat melesat. 😀

  3. @Ridho: saya akan ingatkan anda untuk menghukum diri sendiri 😀

    @Wempi: ayo… jangan pesimis. sisakan orang yang masih mau berjuang di negeri ini!!

    @kane: kok kamu mesti domoderasi? lagi dimana?

  4. pemimpin yg simpatik dan jujur serta mengayomi memang susah mbak…jangankan sekelas presiden sekelas direktur atau ketua yayasan aja susahnya minta ampun…

    semoga indonesia bisa lebih maju….

  5. @Ria: wah wah, tampaknya curhat nih Ria 😀

    @Indra: itu namanya mbuled kalo ndak salah ya, bahasa enggresnya? kqkkqkq

  6. semua pasti bangga ya mbak jika punya pemimpin seperti Lula da Silva. semangat mbak, saya dukung penuh 8 point di atas.

    maaf ya mbak, baru bisa mampir 🙂

  7. Wah…keren deh BRIC, saya do’akan kelak bisa jadi BRICI (Indonesia baru ikutan di belakang)
    Saya menambahkan :
    11. Kalau anda memiliki masalah, silakan sampaikan kepada saya.
    Yang ini presiden atau tempat curhat seeh?? hehe 🙂

  8. presiden yang sanggup ngelakuin poin2 itu harus berani orangnya, ga plin-plan, dan mungkin orang kaya tapi lurus. jadi ga tergoda korupsi 😀

  9. Temukan penjahat bank Century dan gantung di depan mata saya, meski misalnya ternyata dia harus menggantung orang terdekatnya t

    jangan digantung, masih kurang asik tuh…
    biar tambah seru dipancung aja…
    gue mau deh jadi algojonya, hehehe

  10. @Kaka: mmm… mungkin itu kalau presidennya adalah psikolog, hehe

    @Elia: berani. termasuk berani untuk menjadi presiden yg tidak simpatik. dimusuhi para koruptor tapi dicintai rakyat.

    @Yos: mmm… bagaimana kalau dikelitikin sampe kaku? wuih… kok psiko banget ya kita?

  11. Saya juga punya kerinduan yang sama.

    Kalau boleh menambahi, saya merindukan presiden yang berani membela kepentingan rakyatnya di atas kepentingan asing, juga presiden yang berani menempatkan hukum di atas segala bidang termasuk politik.

  12. @Pushandaka: tentu saja anda boleh menambahkan. dan saya setuju!

    @Yess: mari kita hentikan lakon membingungkan ini. ganti dalang!!

    @Incekrajo: salam kenal juga 😀

  13. wogh, bener itu, hentikan impor beras. lha jepang aja *klo nggak salah* nggak perlu impor beras, masak kita yang negara luas gini butuh impor? wedew, jangan2 ni KKN dari pengusaha2 importir nih.

  14. @Willy: jempooolll…

    @Andyan: nah lho… harusnya malu kan kita..

    @kaskuser: baiklah, kami akan jalan2

    @Yoan: hahahaha… sepakat!! udah curhat, salah lagi!

  15. nggak ada yang salah dengan Presiden kita.
    yang salah adalah orang2 yang nggak mau memoderatkan POV nya ke orang lain. termasuk ke presidennya sendiri yang terpilih dengan kemenangan mutlak 😛

    note : I’m not SBY Fans. ehehehe.

  16. Ayo menggugat pasal 33 UUD.
    Katanya setiap kekayaan bumi dikuasai oleh negara dan dieprgunakan sebesar2nya untuk kemakmuran rakyat. Kenyataannya apa? Wah banyak sekali kekayaan bumi air dan tanah kita yang dikuasai oleh negara(asing) dan rakyat kita msh banyak yg ngantri BLT atau ngais2 sampah utk makan sementara emas Freeport dipakai utk operasional intelijen Amerika.
    Presiden yah? Hehehe.. Andai pemilu berikut bisa terlaksana lebih cepat, penasaran soalnya ama calon baru.. hehehe..

  17. @Stey: jadi presiden yuwk…

    @kane: POV itu apa?

    @Shantoy: Aku juga kepikiran gitu bu… Percepatan Pemilu. kqkqkq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →