grebeg sampah 2010

Udah pada tahu kan, kalau tanggal 21 Februari ditetapkan oleh pemerintah negara kita sebagai hari Peduli Sampah? Pasti udah tahu lah ya… Nah, di Jogja, tanggal 28 Februari kemarin, ada sebuah acara hebat bernama Grebeg Sampah. Acaranya dibuat di TPA (tempat pembuangan akhir) Piyungan.

Jadilah saya, DJ dan Felix datang ke sana di hari H-1. Tenang… kita ke sana bukan untuk menjadi mata-mata, melainkan karena salah lihat hari 😀 But it’s a blessing in disguised teteup.  Jadi ketika hari H acara, kita nggak perlu nyasar lagi. *ngeles* Tapi kalau kami tidak datang di H-1 itu, maka kami tidak akan melihat sebuah cerita nyata tentang para pahlawan lingkungan kita, yang berebut dengan sapi, untuk memilah sampah plastik dan organik. Video lengkapnya bisa anda klik di sini, sementara itu saya membayangkan setiap hari saya nyampah dan tidak memikirkan akibatnya buat anak cucu saya.

http://www.facebook.com/photo.php?pid=5127780&id=701144250

Baiklah, pembicaraan tentang para pahlawan sampah akan saya muat di tulisan lain. Sekarang saya mau posting tentang acara yang digagas sama mas Agus dari LSM Lestari dulu saja. Acara digelar di tanah yang lebih rendah dari gunungan sampah TPA Piyungan seperti gambar di atas tadi. Baunya? Perlu saya terangkan, bahwa aroma yang tersebar adalah campuran jeruk busuk yang kedudukan pantat, ditambah sisa tumis kangkung dua hari lalu, diaduk jadi satu sama lumpur sisa hujan kemarin, terus dijemur barengan di bawah sinar matahari jam 1 siang. Yummy… Tapi acara benar-benar seru. Setelah sesi tanya jawab, ada parade fashion show dengan pakaian yang terbuat dari recycle thing. SMK 6 diantaranya ikut menyumbangkan para model dan pakaiannya.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan pembacaan janji untuk bersama-sama mengatasi masalah sampah. Diantara beberapa point yang dibacakan bersama, yang paling saya ingat adalah: HENTIKAN MEMBAKAR SAMPAH. Sampah organik sebaiknya diolah lagi supaya tidak semakin membolongi ozon kita, dengan pelepasan metana ke udaranya.

Acara berlanjut dengan pantomin dari mas Jemek Supardi. Jangan bayangkan mas Jemek muncul di panggung ya. Dia cuma bisa dilihat dari kejauhan karena performance dilakukan diantara tumpukan ribuan ton sampah, dari atas buldozer, maupun diantara sampah untuk menemukan sebuah bendera berwarna hijau. Hijau yang memaknai bumi, lingkungan, alam, semesta kita, yang pelan-pelan hancur ditelan sampah buatan manusia.

Acara berlanjut dengan penampilan teater dari komunitas ombak (saya lupa nama sebenarnya). Yang jelas penampilannya total banget. Mereka bawa-bawa sampah plastik segulung-gulung gedenya, terus teriak-teriak saling menyalahkan, bahwa sampah adalah tanggung jawab aparat, orang pinter, pemerintah, ibu rumah tangga, guru, pokoknya saling memojokkan. Mereka dorong-dorongan jatuh ke sampah itu. Well, that’s the fact kan? Siapa yang sebenarnya bertanggung jawab? Kita semua. Kita hidup, nyampah, maka bertanggung jawablah dengan mengolahnya dengan baik dan benar. Bukan sekedar membuang sampah ke tempatnya lagi sekarang.

Semoga acara Grebeg Sampah ini benar-benar menjadi titik tolak dimana pemerintah menepati janjinya untuk mengelola sampah dengan benar, tidak hanya membuat gunung sampah atau open dumping yang membahayakan warga ini, yang sifatnya hanya temporer. Semoga orang-orang awam seperti saya ini mulai belajar sendiri, mencari tahu bagaimana cara untuk ikut serta terlibat mengelola sampah. Semoga ibu bumi memberi kita waktu sedikit lagi untuk menunjukkan cinta kita padanya.

tulisan ini dibuat untuk mereka yang setiap hari berebut sesuap nasi dengan sapi, di bawah terik matahari, juga untuk sahabatku yang terus mencekoki dengan ilmu LSM 😉 DJ the selfcenter. thanks for sharing me things, bro’… foto mas jemek diambil dr website antara, sementara foto lain diambil oleh DJ dan ada di sini

← the upcoming novel
healthy local food festival →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. “Semoga acara Grebeg Sampah ini benar-benar menjadi titik tolak dimana pemerintah menepati janjinya untuk mengelola sampah dengan benar, tidak hanya membuat gunung sampah atau open dumping yang membahayakan warga ini, yang sifatnya hanya temporer”.
    +++++
    di PP sampah no 18 2008, kalo walikota ga bisa nutup open dumping boleh dituntut-penjarakan, itu harga mutlak. LSM kesannya lokal buangedd.. NGO keq kan keren dikit. Ditunggu artikel kelanjutannya ya…

  2. Hahaha… internasional itu pemikirannya akang, tapi bertindak dari lokal dulu kan kita 😉

    Nuhun lanjutan infonya. Nantikan di posting-posting selanjutnya ya

  3. Wah…, Mbak Dian selalu punya acara menyenangkan ya 🙂

    Btw, saya baru tahu kalau tanggal 21 Februari adalah hari peduli sampah, duh…, jadi malu…

  4. wuah gila keren abis nh acaranya
    aku anak teknik lingkungan mbak..
    sdikit banget warga yg concern ama masalah sampah..
    padahal itu pengaruhnya gede bwt kehidupan..

  5. Acaranya kreatif..
    Di sini sampah dipisah secara mandiri oleh warga. Merah, hijau dan kuning.

    Tapi ya pada kenyataannya masih banyak juga yang membuang bangkai kelinci atau burung ke kotak kuning yang harusnya nggak boleh…

    Perkara sampah, perkara global

  6. andaikan perusahaan pengelola sampah punya pemisah2 gitu. Besi, tembaga, logam lainnya, plastik, gelas, dipisahkan untuk didaur ulang. Sedangkan yang organik, bisa jadi pupuk, bisa juga untuk pembangkit listrik tenaga sampah. Wah kalau bisa begitu, pasti keren deh.

  7. @ravi: semoga nggak lebih dari dua tahun lagi semua perusahaan besar mewujudkan itu ya

    @DV: aussie is cool… semoga indonesia segera meniru ya

    @didut: 😉

    @OJ-TL: gak bisa dhek aya. memang sejak lahir lahir kita pasti nyampah. nah, karena udah dewasa, kita bantu dan hormati bumi dengan mengelola sampah kita itu

    @ruri: wah… kita perlu kopdar dan ngobrol banyak nih say

    @felix: keren abis cur acaranya, sumpe

    @Cahya: matur nuwun mas, makanya… yuwk, main2 ke jogja

  8. Salam Takzim
    Selamat pagi mbak Dian, wah ketinggalan jauh nih saya, maap baru bisa hadir lagi nih di blog yang penuh insfirasi, dengan artikel ini saya jadi tergugah untuk menjaga lingkungan dari sampah khususnya lingkungan sendiri mbak, terima kasih mba artikelnya. Izin Copas ya
    Salam Takzim Batavusqu

  9. @mas tomi: aku sebel, pasti dipanggil mas terus 🙁

    @batavusqu: silahkan dikopas dan disebarkan pada lbh banyak orang. nuwun

    @santi: ayo kita bikin pecalang sampah yuwk

    @sedjatee: matur nuwun… amien

  10. 21 Feb ?
    Hari Peduli Sampah ?
    jujur … saya tidak (or belum mengetahuinya)

    Yang jelas …
    Melihat kondisi saat ini …
    Kita seharusnya peduli sampah … setiap hari …

    Salam saya

  11. wah bagus banget ni acaranya mbak..emang sih dari dulu kita cuma dituntut untuk ga buang sampah sembarangan, buanglah pada tempatnya, bla..bla..and see? ternyata ga memecahkan masalah sampah. harusnya dirubah jadi gimana kita mengolah sampah or at least mengurangi sampah. Kalo di sini supermarket, toko2, or warung makan biasanya ga menyediakan plastik kresek, biasanya kita harus bawa sendiri baik yg recycle or bawa rantang sendiri kalo mau bungkus makanan. Hehe, dan kl terpaksa ga bawa harus beli jadi bener2 bisa mengurangi sampah ‘kresek’, hehe…

  12. @bis-on: ayuk, kita lakukan

    @nh: betul, setiap hari. setiap saat

    @intan: nah tuh… negara2 lain pelan-pelan udah maju dan belajar nggak nyampah. kapan ya pemerintah kita menerapkannya?

    @andry: mari kita mulai dari diri kita sendiri yuwk

  13. sampah memang permasalahan yang tidak kunjung selesai ya mbak…disini aja bukan hanya sampah yg dibakar yg bikin asap tapi pembakaran hutan yg gak ada hentinya.

    membuang sampah pada tempatnya adalah salah satu kesadaran kecil diri sendiri untuk memulai yang besar…acaranya keren! kreatif dan sangat inspiring

  14. saya baru tau kalo tgl.21 feb itu ditetapkan pemerintah jadi hari peduli sampah…jangankan untuk peduli mendaur ulang si sampah, masyarakat kita masih ada yg belum nyadar tentang JANGAN buang sampah sembarangan…

  15. @ria: makasih say. nanti saya sampaikan sama panitianya

    @chocvan: sepakat!!

    @silvi: iya, kurang di mananya ya, kok sampe nggak tersosialisasi?

  16. persoalan sampah itu persoalan life style sebenarnya….nah mesti kita harus tengok kearifan lokal kita yang kian tergerus oleh jaman yang notabene menghasilkan sampah. Pertanyaannya adalah maukah kita??? siapkan kita???? itu aja kok simpel kan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →