semarang, 12 april 2008

udah pernah cerita sebelumnya kan? kalo aku lagi cinta-cintanya sama Semarang? eh, belum ya? wah, itu status facebook ding ternyata.
hhwell, jadi aku emang lagi cinca-cincanya sama Semarang. bawaannya pengen keliling Semarang terus. tapi karena itu tidak bisa dilakukan setiap saat karena aku semacam sibuk gitu, *siap-siap lari* maka, acara kelilingeun Semarang hanya dilakukan dalam keadaan benar-benar siap. seperti misalnya hari Sabtu yang lalu, dimana tanggal menunjukkan 12 April, aku mengajak Aya dan Lala untuk mengunjungi sebuah tempat ibadah yang sangat eksotis. Vihara Watu Gong. awalnya sih mau berangkat pagi biar dapat cahaya bagus buat foto. apa daya ada yg nggak sopan dan memilih ketiduran. sampe rumah jam 12 siang. sudah gila?? nggak pernah denger apa, kalo sinar matahari itu bisa menyebabkan kanker kulit dan kehitaman? 😀

akhirnya kita bertiga memutuskan menunggu sampe agak mendung. walhasil, jam 1 agak jam 2 kita berangkat. sampe di Watu Gong beneran mendung. nah, gambar yang ini nih, adalah gambar pertama yang aku jepret. sambil bobok tuh motretnya. biar keliatan semua.
terus habis itu, kita masuk ke pagoda ini, ada beberapa patung yang (karena kita gak punya guide maka kita cuma menebak-nebak aja) kayaknya adalah dewi kwan im, karena membawa daun, terus dewa wisnu, sama yang satu lagi kayaknya dewa perang gitu deh. habis ada penjelasannya tapi kita nggak paham gimana cara bacanya. hehe
setelah itu, kita turun ke bagian bawah vihara. disana ada beberapa rumah-rumahan panggung gitu, yang – sekali lagi kayaknya – adalah tempat istirahat para biksu atau murid mereka. kayak gini nih tempatnya, kayaknya enak ya buat menginap beberapa malam gitu. ;P
dari Watu Gong, kita naik lagi. agak ke luar kota sekarang. Ungaran tepatnya. di Ungaran, ada makanan yang sekarang sedang ramai dielu-elukan oleh penggemar dan pemerhati kuliner, yaitu tahu baxo. weitzz… jangan salah, bukan bakso lho, tapi baxo. liat aja sendiri kali nggak percaya..

*malu… foto yang ada tulisan tahu baxo belum ke-save*
mau yang goreng, atau yang rebus, sama enaknya. harganya juga nggak jauh beda. cuman terpaut 1000 per kotak. satu kotak isinya 10 biji. halah! jualan banget yak? ueeennnaakkk…
dari tahu baxo, kita mampir ke bakso ijjo. perhatikan baik-baik, jangan sampe melakukan kesalahan yang sama sepertiku,
mbak bakso: baksonya yang apa mb?
Dian : lho? bakso ijonya kok nggak ada mbak?
mbak bakso: ijjo itu cuma namanya mbak, jadi nggak ada bakso yang warnanya ijo.
gantian mukaku yang berwarna ijjo. maluuuu
Tajri, bakso ijjo rekomendasimu beneran enak. yummy…

yak, lanjut! biarpun Lala udah ditelpon-telpon pacarnya disuruh pulang, tapi niatku untuk melihat dengan mata kepala sendiri tempat bernama wana wisata Penggaron harus terwujud. jadilah kita ke sana. letaknya beneran di perbatasan Semarang – Ungaran. seberang Taman Unyil belok kiri.
ada driving range, tempat camping, outbond, dan… dan… dan apa lagi ya? pohon-pohon tinggi deh pokoknya. hehe… *daya ingat parah*
nih lihat, ada pohon yang akarnya membutuhkan pelukan 5 orang dewasa dan sehat. pohon sebesar ini, kalau nggak dilestarikan, kalau ada tangan usil yang berniat nebang ‘hanya’ untuk dijadikan interior rumah, kan sayang banget?
padahal di situ udah ada tulisan yang harusnya cukup jadi peringatan buat kita:
take nothing but picture
leave nothing but footprint
kill nothing but time
tapi dalam versi bahasa Indonesia.
seandainya kita semua mengikuti petuah bijak itu ya? pasti nggak ada banjir, tanah longsor, atau kekeringan dan kekurangan air. fiuuhh…

ok, laporan jalan-jalan cukup sekian dulu, besok pasti akan lebih banyak acara jalan-jalan yang lain. eh, sebelum cabut, teteupp… pamer foto narsis boleh dong, dian dan lala, dengan aya on the camera..

← royalti
cinta = dekat? →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. nah!! ambarawa.. itu the next target.
    dulu, jaman SMA, agak sering, karena punya sahabat yang tinggal di sana. ambarawa sekarang ini, udah agak lama tak terjamah olehku…

  2. * tanggungjawab * Lho dit.. bukannya pas kapan tu lo kudu siaran khan? itu perginya dadakan kok. Gw aja dadakan ngancel siaran gw soalnya dian maksa harus pergi hari itu juga, jam itu juga. Dia bilang katanya Ditto ga usah diajak deh, khan dia siaran. Lagian Ditto khan sering ngerepotin kita. Gitu kata dian Dit.. Lo gak papa khan dit?

  3. aku tidak akan membela diri. biar publik sendiri yang menilai, siapa yang benar dan siapa yang salah! mengatakan yang bukan fakta adalah fitnahhh
    *mulai nangis*
    memangnya aku ini perempuan apaan?
    *memandang kamera*
    jamil! tunggu pembalasanku!!

  4. hohoho… aku jg mulai jatuh cinta sm semarang, mbak.
    pengen ke semarang lg! 😛
    soalnya baru sekali ke sana dan belum banyak tempat yg dikunjungi.
    jd penasaran sm baso ijo itu. 😛

  5. Setiap lebaran saya mudik ke Semarang tapi sayang nggak sempat keliling2 karena cuma sebentar. Mudah2an lain kali bisa lebih menikmati Semarang …

  6. mba Diyan, sudah dapat spot-spot bagus buat jalan2 dan foto2 weekend besok belum?

    aku juga pengen ke rawa pening sama candi gedong songo… hehehe, kebanyakan mau for a short period of time, gak sih?

  7. ada yang kangen berat sama semarang, walau cuma tujuh tahun hidup di sana, tapi sepertinya butuh seumur hidup untuk menghapus memorinya. o ya dia masih punya keinginan yang udah dia pendam cukup lama, ajak kamu ke bali, tempat yang belum pernah kamu datengin dan satu lagi ke pantai plengkung di banyuwangi..heaven on earth..semoga jika dia mampu nanti kamu berkenan

  8. mas gat, rowo pening lucu juga… bisa diusahakan deh.. ntar aku lanjut ke salatiga, sementara kalian pulang ke jogja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →