vaksin campak

Pagi ini, aku dikejutkan dengan pertanyaan dari sahabatku Aya. Pertanyaannya adalah, dhek Diyan sudah pernah imunisasi campak belum? Hehehe…
Dan inilah sumber dari segala sumber pertanyaan tersebut.

jazz aya: dhek dian rambutnya masi panjang kah?
jazz aya: dhek aya agak merindukan melihat dhek diyan dengan rambut seperti perempuan tomboy

(diam-diam aya membayangkan seperti ini dian purnomo dengan rambut barunya. hhh… i wish i could)
dian purnomo: masi
dian purnomo: dhek diyan juga memang mau potong kok
dian purnomo: untuk membuang patah hati ini
jazz aya: patah hati napa lagi siihhhh?
dian purnomo: dicampakkan org
dian purnomo: kkqkqkqkq
jazz aya: cama si *tiiitttttt* itu?
jazz aya: dicampakkan?
jazz aya: bukannya itu udah biasa
dian purnomo: he-eh (perhatikan betapa bodohnya ekspresi ini)
jazz aya: kita selalu digitukan khan?
jazz aya: dan selalu menggitukan
dian purnomo: iya
dian purnomo: hahahaha
dian purnomo: tp 2 taun ini aku digitukan terus deh kayaknya
dian purnomo: hahaha

Sebentar… sebentar.. sampe di sini dikomentarin dulu. selama dua tahun memang nggak punya pacar. Tapi ada yang kulupakan, kayaknya aku beberapa kali mencampakkan hati orang. Tapi, again… sebagai manusia, kita kadang suka nggak inget kalo sudah menyakiti. Ingetnya kalo pas disakiti aja. Terus jadi dendam, terus jadi negatif. Sudah, kita lanjut lagi.

jazz aya: (pasang muka setan)
jazz aya: ya gantian to dhek diyan
jazz aya: dhek aya khan dicampakkan
jazz aya: sama dhek *tttiiiittttt*
jazz aya: trus dhek aya mencampakkan dhek *tiiiiittttt*
jazz aya: trus dhek siapa mencampakkan dhek siapa
jazz aya: dunia ini penuh dengan wabah campak
jazz aya: dhek dian udah vaksin campak lom dulu?
dian purnomo: iya
dian purnomo: suntik dulu ah aku

Sampai di sini perbincangan berakhir. Biasanya karena koneksi yang payah. Tapi kali ini karena daya tangkap yang payah. Aya tidak juga menjawab buzz!-ku.
Dan akupun berpikir. Iya ya, selain memvaksin diri kita dengan vaksin ini itu yang mahalnya selangit, kenapa juga nggak membuat vaksin yang mungkin nggak mahal sama sekali, tapi bisa membentengi diri kita dari virus “campak” (if you know what i mean), marah, sakit hati, dendam, bunuh diri, dan virus-virus negatif lainnya?

Caranya gimana?
You tell me!!

← year end wish list
Proud is →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. Vaksin campak?
    Ntar Yan bekerjanya kalo udah ketemu org yg tepat.
    Hehehe… Lagian campak itu udah pasti ada, mo kita divaksin kek pasti kena suatu saat.
    Berlaku untuk campak konteks apapun..

    p.s. thats life.. yg menarik dr hidup adalah ketika kita bangga bisa dapat bangkit. sebelum bangkit pastinya dr jatuh dulu kan?
    hayo..hayo.. jgn bairkan apapun menghalangimu bertemu org yg lebih baik..

    p.p.s. Aya.. vaksin bareng yuk.. hehehe… peace out!

  2. setuju..
    oj simpson.. blkgn sungguh susah sekali dirimu dihubungi. kmrn2 gw mo nanya wine yg di jimbaran lho.. hehe..
    kalian ke Bali doooooongggggg!!!
    butuh divaksin nih.. hahahhaha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →