tattoo: seni, identitas diri atau pemberontakan

Wuih… Judulnya berat. Sangar. Hehe… padahal ini semata-mata menuhin janji untuk nulis tentang tattoo aja, setelah yang tempo hari tidak tertulis dengan sempurna.
Jadi pada suatu hari aku memandangi foto tattoo yang ini.


Keren kan? Biasa aja? Atau menjijikkan? Monggo, terserah, silahkan dinilai sendiri saja. Tapi yang jelas ketika menggambar lambang ANKH dengan gambar hati genit di atasnya, keputusanku kalau harus mengklasifikasikan adalah seni. Gambar itu cantik dan memiliki makna yang bagus. Ankh, atau key of life, lambang menyerupai kunci yang sering kali digenggam sama dewa-dewi Mesir dalam relief-relief yang mereka tinggalkan di dinding-dinding Piramid. Jadi, kuanggap keputusanku menggambar tubuh adalah karena seni. Walaupun jauh di lubuk hatiku, pada suatu hari, waktu masih rajin ikut kelompok pecinta alam dan rafting, kalau disuruh mengisi form yang ada tulisannya: tanda tubuh yang spesial, aku tidak bisa mengisi dengan kata-kata lain, selain menarik. Dan itupun biasanya ditolak sama panitia. Mereka bilang, “Mbak, kalau mbaknya tenggelam atau ilang di gunung dan separo badannya udah nggak keliatan lagi, mau semenarik Luna Maya juga, udah nggak menarik lagi mbak.”
Lalu bagian yang itu kukosongkan. Jadi aku nggak punya ciri spesial di tubuhku. Hampir semua tai lalatku ukurannya bener-bener setai lalat, bekas luka nggak ada, semuanya sangat ‘pada umumnya’. Maka, kuanggap salah satu alasan kenapa aku ingin bertattoo adalah, untuk menjadi identitas diri juga. Biar kolom kosong itu tidak kuisi dengan kata yang akan dihapus panitia.
Memang, menurutku fungsi tattoo ada 3, kayak di judul itu. Seni, jelas. Memperindah tubuh, untuk mengabadikan segala sesuatu yang ingin kita tancapkan seumur hidup, dan sebagainya, itu masuk dalam kategori seni menurutku. Makanya muncul banyak seniman tattoo, yang pada jago mengaplikasikan – bahkan – wajah seseorang ke kulit kita. Jan, sangar tenan mereka.
Kemudian yang kedua adalah untuk identitas diri. Nah, ini mungkin orang-orang yang memutuskan bertattoo untuk membuat dirinya berbeda dengan yang lain. Hiiyaa, narsis po rak? Biasanya, gambar-gambar yang dipilihpun adalah gambar yang hampir bisa dipastikan tidak akan dipasang orang lain. Misalnya gambar ini:


Ini jelas bukan PIN ATM atau social number. Yang paling bawah tanggal lahir anak pertamaku, atasnya anak kedua, yang paling atas? Mau tau aja ah!!
Nah, sekarang sampailah kita pada alasan bertattoo paling akhir. Pemberontakan. Bertattoo untuk melawan. Haduh!! Siapa yang mau dilawan mas? Wong yang sakit ya kita-kita sendiri kok. Kalo tattoo itu mengakibatkan kerugian, kita sendirilah orang yang akan paling dirugikan. Maafkan, tidak bisa memberi penjelasan banyak untuk yang satu ini. Karena alhamdulillah tidak ada teman-teman bertattoo-ku yang memakainya untuk pemberontakan. Atau belum ketemu aja mungkin.

Nah, sekarang bagaimana membedakan orang bertattoo itu masuk dalam kategori mana, gimana coba? Gini aja. Kalo tattoo-nya bagus dan indah (apa bedanya) itu berarti buat seni. Dipikirin. Kalo tattoo-nya angka, nama diri, zodiak, dll, itu biasanya untuk identitas. Kalo tattoo-an sambil mabok atau nyopet, itu penjahat! Dan tattooan atau enggak silahkan diperangi. Kalo bikin tattoo-nya di penjara, itu gak ada kerjaan. Ya iyalah, mau ngapain lagi di sana??

← EARTH HOUR the beauty of being in the dark
komitmen, again?? →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. nattoo tinggal nattoo …kenapa harus pake alasan?
    jangan2 nih …ibu dian ‘nyesel’ ya? heheehe…

    menurutku akan lebih bagus dan berseni lagi kalo warnanya lebih dari satu ….jangan satu warna …
    kesannya…waktu membuat tattoo belum ‘dipikirin’ dengan mateng..kekekkek

  2. ahhh… kalo nyesel sih ndak lah pak

    berwarna?? haaa… si bapak belum liat aja, bagian yg berwarnanya, hehehe…
    kidding
    memang ndak suka yg berwarna
    belum tentu semua warna masuk ke kulitku. kalo item pasti masuk.

  3. wah berani juga mbak diyan menatto tubuh ya…
    saya sama sekali tidak kepikiran untuk itu.
    terus terang, saya kurang suka melihat orang bertatto yg sangat banyak, seperti tora sudiro. terkesan gimanaa gitu…

    tapi, itu semua kan persoalan selera. jadi, kita tidak bisa menghukumi apapun atas pilihan itu…
    hanya saja, budaya kita masih mengesankan kalau orang bertatto indentik dg “kenakalan”…

  4. beberapa tahun yang lalu, ada tattoo yang bisa nyanyi loh… dan lagunya sempat jadi hits di tahun 90an. lho kok malah tebak tebakan, sih.

  5. whaaa… aku tau itu jeng
    aduh! lagune opo yo judule?
    jaman-jaman protonema gitu kan???

    Vizon, makanya aku tattoo-nya dikit-dikit aja, biar nggak preman-preman amat lah, tapi pregirl, hehe

  6. Ih, kamu gimana sih.. Penyiar kok nnggak tau lagu. Tato yang bisa nyanyi yang dimaksud itu adalah.. Tato Soemarsono!

    Kakakakakkak!

    Enggak ding, yang dimaksud pasti grup band Tatto, dengan hit single nya “Satu SEnyum Saja”. Check this one…!*gaya siaran jadul*

  7. Keren kok tattonya mbak..
    Tapi daku nggak niat sih..selain takut juga sama jarumnya 😀
    Jadi tatto yang angka2 itu di taro dimana? :mrgreen:

  8. Mas Ganteng emang sesuai banget sama usia… Cukup matang!!

    Puak, tattoo angka di kaki kiri, kalo takut jarum, ada kok tattoo yang semacam setrika gitu. HIIYAAA!!!

    Achoey, temporer emang seru banget, kalo bosen bisa dihapus, kalo pengen bisa ditambahin sewaktu-waktu. yay!!

  9. Ada kok temen seangkatanMU yang tatoan dg alasan pemberontakan….jd crtnya dia sebel bgt ama bpknya (yg seorang polisi)…so dia bikin tato,gambar yg dipilih adalah salah satu gambar tato di tubuh bon jovi….sayangnya tats artistnya entah murah atau emang blm jago,gambar yang seharusnya bull malah jd buffalo tur tatone timbul- kyk selulit-….sejak itu dia tak pernah memperlihatkan lengannya di depan umum………dan sama sekali tdk (berani)ketagihan…..wakakakkkkk

  10. aku setuju… tattoo is art… dan kata – kata ANKH menurutku sangat mewakili seni dengan arti yang dalam (menurut interpretasi masing – masing orang seeehhh). Good Choice Sist… AKU SUKA…! (hmm.. jadi pengen… tapi takutt..) hahaha

  11. aku setuju… tattoo is art… and ANKH symbol, i think it could represent the art it self (tapi menurut interpretasi masing – masing orang seeehhh). Good Choice Sist… AKU SUKA…! (hmm.. jadi pengen… tapi takutt..) hahaha

  12. thanks Lena.
    Eh ngingetin, sebelum tatoan, cek dulu punya bakat keloid nggak ya. Jangan sampe ntar tattoo-nya jadi tattoo timbul, hehe

  13. Ndak.. Pokoknya keren.. Kapan2 diliat yaa.. Ditemukan dan di redesigned oleh temena dhek aya..

  14. Halo Dian,
    gw masih nyari gambar nih buat my 2nd tatto..
    IMO, tatto yah simply untuk indentitas diri aja..

    ‘lam kenal yah 😀

  15. aoow…tatonya keren…
    tato adalahperempuan adalah sexy…

    salam kenal mbak…sexy….:D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →