Koin Keadilan Prita

Beberapa hari ini saya mengalami kerinduan yang memuncak terhadap media. TV (terutama TV One), Internet dan koran. Saya ketinggalan berita karena sedang menyepi di sebuah tempat.

Begitu terpapar media lagi, saya mengapati undangan untuk bergabung dengan koin peduli Prita di facebook, ada website koinkeadilan, dan sebagainya. Tadi pagi dan tadi malam bahkan di TV One terus menerus dibahas tentang pengumpulan koin peduli ini, disamping juga issue makar yang akan terjadi tanggal 9 nanti. Well, bahkan sampai muncul kekhawatiran yang dilontarkan oleh pembawa acara TV One tadi pagi sambil bercanda, “Jangan sampai koin keadilan ini menutupi issue tanggal 9 nanti ya.” Hehe…

Saya langsung menengok celengan kaleng yang saya beli 3 tahun lalu bersama anak saya di Malioboro. Uangnya sangat saya cintai karena semua koin. Terutama yang koin seribuan. Nggak pernah bisa penuh karena menemukan koin 1000-an susah sekali sekarang. Saya langsung terpikir untuk ikut menyumbangkan koin itu. Kalau kemaren-kemaren saya masih berpikir, “kenapa koin?”, setelah mendapat jawabannya tadi malam, saya jadi semangat.

Padi ini saya searching mencari posko pengumpulan koin di Jogja dan belum ketemu, maka dengan ini saya bersama teman-teman akan menyatakan kesediaan membantu menjadi posko pengumpul koin keadilan.

Silahkan menelpon

  • saya di 0274-925 3226, atau email ke dian.purnomo@gmail.com
  • Jogja Family Radio dengan mas Deka
  • atau ke cafe AngkringQ di Jl. Kaliurang Km 5,3 Jogja

Mari kita bantu membuka mata negara hukum ini, dengan kekuatan koin. Kekuatan rakyat kecil. Kekuatan recehan.

Matur nuwun. Saya tunggu siapapun yang berniat membantu.

← 18.442 orang terinfeksi HIV di Indonesia
Belajar dari Lula →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. Mantep tuh, 2,5 ton koin ceburin ke sumur harapan supaya hukum di negeri kita tidak kaku, mempertimbangkan segala sisi dan sudut rasa keadilan.
    bener gak tuh? 😆

  2. Hmmm… koin ya…
    Wah, koin2 saya kemaren baru saya kasih ke ibu saya yang punya warung, untuk kembalian…
    Turut mendo’akan yang terbaik aja deh… 🙂

  3. Wah … kalo RS Menang seru juga ya…
    serain tuh semua koin pake truk mungki
    RS & Aparat keadilan udah nyiapin pikulan + keranjang

  4. @Roron: katanya sih, moralnya adalah: karena keadilan direcehkan, maka kita juga berikan receh buat mereka

    @Didut: sip Didut. yang di Jogja kan?

  5. Kasus Prita memang fenomenal. Kini setelah melewati jalan yang panjang, prita diharuskan membayar denda 204 juta dan kewajiban melakukan permintaan maaf di sejumlah media. Namun dengan adanya putusan tersebut, ternyata tidak disangka menimbulkan empati dari para netter.

    Kini semakin sering didengungkan gerakan koin peduli prita. Sebuah langkah yang diharapkan dapat sedikit meringankan beban prita. Namun yang lebih penting daripada itu adalah mudah-mudahan hukum di negeri ini dapat memutuskan dengan seadil-adilnya.
    Cara Membuat Blog

  6. setuju dengan cara membuat blog. adil!

    up date:
    hari ini FeMale radio kedatangan tamu-tamu dari Kebumen dengan segepok uang koin buat Prita.
    *terharu*

  7. Semua orang harusnya ikut mendukung kegiatan macam begini. Mantabbb Coy.

    tapi dalam kasus ini, apa yang sebenernya kita cari? bersatunya orang dalam bentuk seperti ini karena rasa simpati atau sebuah penegakkan hukum yang sesuai dengan dasar2 hukum?

    yang banyak ditakutkan adalah saat ini banyak teriak2 nggak adil akan suatu keputusan hukum tanpa melihat fakta yang terjadi dipersidangan. hukum akan adil kalo yang mendapat keuntungan adalah “orang kecil”, dan ketika keputusan berada pada pihak “besar” maka akan dirasakan sebagai suatu ketidakadilan. Ketika si kecil kalah dipengadilan, akan ada teriakan hukum masih pilih pilih, tapi ketika si besar kalah, teriakannya berganti semua sama di mata hukum. Ironis ya? 😀

    dan semakin terlihat kalau hukum akan adil kalo sesuai dengan asumsi dan opini masyarakat kebanyakan. peduli setan dengan fakta2 yang ada dipersidangan. padahal asumsi dan opini dengan mudah dapat dibentuk dengan sekotak televisi dan selembar koran. 😀

    Prita, nenek pencuri kakao dan 2 laki2 pencuri semangka sudah bikin bukti. Hukum harus sesuai dengan asumsi masyarakat…

    enak sekarang kerja pengacara..LOL.

    Simpati dan kegiatan mengumpulkan koin untuk Prita saya teramat sangat setuju sekali, karena saya yang kere ini masih sempet nyumbang ketika ada anak2 Untirta di pinggir jalan menyodorkan kardus. Tapi ketika asumsi2 yang dipakai untuk bicara soal hukum, duuhh kok kasihan sekali ya anak2 FH harus kuliah susah2 kalo yang dipakai adalah cuma sekedar asumsi dan opini. 😀

    Duh bajingan kok bicara soal keadilan dan hukum.. ::facepalm::
    maafkan.. 😀

  8. @Stey, iya… udah setahun ini Say. Yuk, mampir

    @kane: coy, selamanya kamu akan menjadi bajingan, kalo kamu terus menuliskan dirimu sebagai bajingan. hhh… kasihan Vanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →