jangan foreplay di tempat gelap yuwk…

Whoops! Foreplay? Foreplay untuk love making atau having sex maksudnya? Ya iyalah… Kalau foreplay untuk olah raga mah, udah jelas-jelas nggak bisa dilakukan di tempat gelap, kecuali mau kejedot-jedot. Tapi sebenarnya both foreplay ini sama kok konsepnya. Kalau olah raga foreplay-nya nggak boleh di tempat gelap karena kuatir kejedot-jedot, sama, ketika foreplay sebelum making love, juga disarankan di tempat terang, selain biar nggak kejedot-jedot, juga biar paham kondisi satu sama lain. Biar nggak kejedot penyakit yang mungkin menular ke kita. Tapi…

“Yah… nggak romantis dong!!

Ah… malu ahhh…

Aduh, keliatan semua dong, nggak seru…”

Mungkin langsung terdengar teriakan-teriakan itu ya? Let me tell you something, orang mungkin nggak biasa bercinta di bawah terang benderang lampu, dan memilih aman bermain di tempat gelap. Tapi, demi kebaikan kita sendiri, yuwk… mulai belajar foreplay di bawah cahaya lampu yang proper. Kenapa??

Agar kita tahu benar kondisi pasangan kita, dan tentu berlaku sebaliknya, pasangan kita paham kondisi kita. Nah… sampai di sini jangan berpikir bahwa ini berlaku hanya untuk pasangan baru ya. Atau hanya berlaku untuk mereka yang suka berganti-ganti pasangan. Ini berlaku untuk semua umat, laki-laki perempuan, homo hetero, single atau menikah, pasangan tetap atau pasangan sementara. Semuanya. Semua orang yang melakukan hubungan seksual, wajib untuk mengetahui benar apa yang dihadapinya. Misalnya, mengetahui dengan benar kondisi pasangan kita, apakah ada penyakit tertentu di organ seksual pasangan, atau organ yang dipakai sebelum dan ketika berhubungan seksual. Terutama buat perempuan nih, organ seksual perempuan yang memang berada di dalam, cenderung untuk secara pasif menjadi penerima. Belum lagi penyakit-penyakit lain yang mungkin menular ke kita karena bersentuhan. Misalnya penyakit kulit dan lain sebagainya.

Pertanyaannya sekarang: Bagaimana kalau ternyata pasangan kita itu ketahuan memiliki penyakit di malam pertama kita menjadi pasangan resminya. Apakah lantas kita minta cerai? Pertanyaan ini mewakili mereka yang menganut aliran berhubungan seks setelah menikah dan hanya dengan pasangan resmi saja.

Jawabannya adalah: TIDAK. Justru di sini pentingnya keterbukaan. Tidak ada penyakit yang tidak terobati, atau setidaknya, dapat dicegah penularannya. Kita tidak menikah semata-mata karena seks kan? Kalau memang pasangan punya penyakit yang mungkin menular, mungkin kita harus gencatan senjata dulu, pergi ke dokter untuk mendapatkan solusi, lalu melakukan upaya terbaik untuk meneruskan hubungan.

Foreplay di bawah cahaya terang memang tampaknya tidak romantis. Tapi tahukah Anda, bahwa selain mengenali tubuh pasangan, kita juga jadi aware sama lingkungan. Jangan pikir sprei kita aman dari binatang-binatang yang mungkin mau bergabung ketika kita sedang bercinta lho. Karena ketika sudah terlibat dalam ‘perang’ yang sesungguhnya, kondisi sekitar biasanya akan kita lupakan sama sekali. Konsentrasi akan tercurah penuh pada ‘peperangan’ anda dengan pasangan. Makanya, ketika foreplay aja deh, minimal… kita perhatikan sekitar. Lagian, kalau lampu nyala, bisa lihat wajah pasangan, sinar matanya, dan ekspresinya kan… 😉

Jadi, nanti malam mau dicoba?

Gambar dari sini, dan terima kasih Novan untuk obrolan Rabu malamnya.

← Kontes: Oleh-oleh dari Vienna
05 07 10 →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. @Kopral: iya nih, konselor minus praktek 🙂

    @Pejuang: Iya… terima kasih lho udah berkunjung lagi 😀

  2. maaf…,
    saudara saya yg atas emang suka nyelonong duluan… 😉
    kunjungan balik…

    btw, kalau terang emang lebih asyik…
    ekspresinya terlihat lebih utuh… 😉

  3. @Imum: wah, harusnya tadi ditulisin 18+ ya 🙂

    @Itempoeti: yuwk marii…

    @Love4live: ekspresinya mana?? *kayak iklan rokok jaman kapan tuh*

    @Fitri: Salam kenal juga

    @Meidhy: biarpun halal, tetap di tempat terang dulu ya 🙂

  4. salam kenal gan,
    wah foreplay ya… mending langsung to the point aja, ntar biar bisa tahan lama, hehehe……
    btw busway, kok linknya agrit lom di pasang gan? padahal link agan dah ane pasang tuh di t4 ane.

  5. @Abenx: terima kasih kunjungan perdananya

    @Darahbiroe: ini untuk siapapun yg membutuhkan

    @Agrit: maafkan, aku bermasalah dengan ngelink. semua yg aku pasang belakangan ini nggak nyambung. gawat

    @Bima: mari kita berguru bersama 🙂

  6. wewww…ngeri kali yaaa..kalau kalau ternyata pasanganku kelak ada kasih kejutan dimalam pertama..alamak..hehe..anyway thanks inpo mbak,

  7. beberapa orang malas bercinta saat terang karena kurang pede dengan bentuk tubuh. yg perut gelambirlah, payudara kurang kencang dll…
    tp ga musti di tempat terang, toh klo sama2 telanjang saat mandi bareng jg bs keliatan bentuknya, cuma klo untuk bercinta, suasana yang remang2 biasanya lebih romantis.
    ato mgkn ada yg gelap2an karena takut keliatan pantatnya burikan :p ?

  8. @DEwi: bersabar ya non 🙂

    @Zee: hayo… kok malah nyindir lho… 😉
    *tengak-tengok* ada yang merasa tersindir gak ya?

  9. wahh saya masih di bawah umur mba..
    tp ikut nimbrung aja.. kalau bercinta di tempat gelap mgkn bisa meningkatkan gairah atau mgkn gak PD dengan anu nya masing2 hehehe

  10. @Anita: tuh kan… thanks infonya Anita

    @Tomi: karena masih di bawah umur, buat bekel kalo udah waktunya ntar ya Tom 🙂

    @Kampus: salam kenal juga 🙂

  11. Getow yak,Mb….????

    Emh kloh akoh blg c,inih cm Comment Sence mb…Krn pd dasarnyahpun klohpun maoh dipraktek’kan butuh adaptasi yang bukan hy adaptasi kita sendiri.Dalan hal inih Pasangan kitahpun jugah harus tahu kan…???Atau klo modelnyah ONS (One Night Stand) yg gah bc artikel inih,malah kitah yang disangka “aneh”…Karnah bagi banyak orang indonesia ntuh, kitah keluar jalur sedikid ajah klo gah dibilang Aneh atau Gila….

    Mb inih comment ajah luoh…
    Maklom akoh kan masew mencari Jati Diri…LOL

    (^^,)

  12. @Orange: siap!!

    @Chan: Nah, berarti ini PR kita untuk mengedukasi pasangan, entah yang one night stand atau yang long term relationship.
    Menurut orang Indonesia yang mana nih? Hehe… Karena sekarang orang Indonesia udah pada jago-jago dan out of the box kok.
    Chan2, tenang aja… saya juga masih terus mencari jati diri kok 😉

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →