vienna landmark

Setiap kali berada di sebuah tempat, saya selalu berupaya untuk bisa foto-foto di landmark kota tersebut. Termasuk waktu saya berkunjung ke Bantul. Saya pernah foto di perempatan jalan, dengan Tugu Bantul sebagai back ground. Bangga rasanya, pernah mencium tanah bumi pertiwi ini sejengkal demi sejengkal. Halah! Lebay.

Dan itu juga yang saya lakukan waktu berada di 3 kota yang berbeda di Central Europe kemarin. Saya mau share foto-fotonya ya…

Ini adalah Gedung parlemen Vienna. Di depannya ada patung dewa-dewa Yunani. Dan dalam rangka menyambut KOnferensi AIDS Internasional di sana kemarin, Gedung Parlemen ini sengaja memasang pita merah segede-gede gaban di pilar-pilarnya. Gedung ini salah satu rute march di hari ke-3 konferensi, yang diakhiri dengan konser Annie Lennox. Sayang saya nggak ada koleksi foto konsernya. Karena begitu sampai di gedung parlemen, bawaannya pengen langsung pulang. Capek 🙂

Nah, foto kedua ini di Schonbrunn Summer Palace.

Waktu saya ke sana, memang sedang summer, tapi suhunya tetep aja 15 derajat selsius. Istana ini punya kebun atau taman yang luar biasa luas di belakangnya. Terus, ada air mancur dan di sebelah atasnya ada bukit yang bisa didaki. Konon kabarnya dari atas sana seluruh Vienna tampak. Sayang, energi saya waktu itu tidak cukup lagi. Jadi saya cukup berbahagia bisa foto-foto di taman dan di depan istana ini. Eh, kalau nggak salah Ratu Antoinette yang diperistri sama Raja Prancis ke-4 itu, dibesarkan di sini. CMIIW ya 🙂

Teman-teman saya bilang, saya suka menyia-nyiakan frame untuk memotret langit. Saya bilang, saya tidak menyia-nyiakannya. Saya sedang mencoba bercerita tentang betapa birunya langit di sana. Karena kalau di Jakarta sering kali tertutup kabut asap knalpot, kalau di Jogja tertutup mendung, entah kalau di kota lain. Saya juga sangat terpesona dengan taman-taman yang saya temui dalam perjalanan. Taman apapun itu. Termasuk taman di Belvedere ini. Bunga-bunganya bermekaran dengan kompak. Konon kabarnya, pemerintah Austria mengeluarkan biaya lebih dari 150 juta rupiah untuk memelihara taman-taman di kota ini. Ah… no wonder, pasti nggak banyak korupsi di negara ini ya? Eh, maaf nyinyir..

Btw,  di salah satu hari di Vienna selama konferensi itu, Bill Clinton yang mantan presiden Amerika itu sempat jogging di sini. Sayangnya no camera allowed at that time. Jadi, dari jauh aja deh menyaksikan karismanya. Takut sama body guard-nya 🙁

Ini dia nih, yang iconic banget dari Vienna. Stephandom. Ini adalah gereja di kawasan Stephandom. Di kawasan ini, ramenya minta ampun, begitu banyak tempat yang bisa dikunjungi, seperti museum, tempat belanja, seniman gambar dan lukis, seniman pantomin dan sulap, dan masih banyak lagi. Saya bersyukur datang ke Stephandom pada saat mereka sedang renovasi. Kenapa? Karena saya bisa melihat gedung-gedung indah itu ditutup dengan terpal-terpal tebal yang diparagi rangka. Tapi terpal-terpal itu tetap diberi gambar serupa gedung yang ditutupinya, seolah-olah tidak ada terpal di sana. Konon gedung-gedung ini dibangun di abad 18-an kan, jadi… ya wajarlah kalau memang mesti direnovasi.

Tuh… sekali lagi, keren banget kan langitnya. Ohya, ini foto saya ambil jam 9 malam. Em… jam 9 sore deh. Aduh… 9pm aja kalo gitu. Karena malam itu asosiasinya dengan gelap sih ya. Padahal pas summer, gelapnya baru jam 10 malam 🙂

Here we go. The last picture hari ini. The Opera House.

Masih di kawasan Stephandom juga. Cuma, kalau naik subway, paling deket turun di Karlplatz. Tentang Subway, nanti ada posting yang lain ya.

Saya sejak hari pertama di Vienna, udah langsung hunting postcard. Dan Opera House ini paling banyak muncul di postcard, maka saya dengan bangga berusaha untuk foto di sini, bareng-bareng sama teman-teman dari Mesir, Albania, Kamerun dan Ermenia.

Demikian sekilas tentang Icon Vienna. Nanti di kota-kota lain postingnya menyusul yak… Yuwk ah, cap cus!!

← 34 tahun
vaksin HIV sudah ditemukan →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. Mantap gilaaaaa mbak,
    langitnya biru sangat, tamannya rapi jali.. yuhuuuuuuuu…
    selama mimpi masih gratis, akan terus mimpiin bisa jalan2 ketempat2 indah macam ini…

    hehehe…
    salam kenal mbak.. 🙂

  2. pas baca namanya ‘Dian Purnomo’ ku kira cowok..
    tapi pas baca ‘and her journey’ jadi mikir cewek..
    yang bener yang mana? 😀

  3. @Thiya: salam kenal juga 🙂

    @Bangau: buat Indonesia, PR gila tuh ..

    @Wempi: hahaha… Satpon PP-nya mungkin lebih galak dari di Indonesia kali ya, makanya teratur

    @Hari: saya pere… bener kok 🙂

    @Linda: lama tak berjumpa udara ya Non… salam manis

  4. wow,, photonya keren-keren,kayaknya udaranya bersih banget yaa, padahal kota besar juga, beda habis sama jakarte 🙁

  5. Yang paling saya kagumi kota-kota di luar negeri selalu tertata rapi, bersih dan indah. 😆
    Wahh..asyiik ya bisa jalan-jalan keliling dunia. :mrgreen:
    SALAM Kenal. 😉

  6. @Salma: Mungkin karena disana nggak terlalu banyak kendaraan juga ya

    @TuSuda: Salam kenal juga. Kota-kota di Eropa Tengah memang juaranya jalan-jalan dan gedung-gedung tua

    @Orange: Sayangnya kamera yang dibawa bukan yang keren. Besok lagi bawa fotografer deh 😛

  7. waahh foto2nya cukup mewakili keindahan cerita yang disampaikan jadi membayangkan seperti berada di sana..
    Indah banget dan cuaca juga memang sedang mendukung ya.. senangnya.. kayaknya kotanya artistik banget ya mbak.. 🙂

  8. @Ne: betul… kota-kotanya sangat cantik

    @Ria: iya, soalnya summer. kalau pas musim dingin mungkin udah gelap banget juga kali ya

    @prof Helga: ayo ke sana… 🙂

  9. mbak, langit birunya indah banget,
    cinta banget sama langit biru ya….

    aku juga suka foto di landmark kota, sayangnya waktu di jogja mau foto di tugu jogja itu susah, banyak mobil seliweran

  10. unik ya, renovasi dengan terpal sebesar itu, tapi dilukisi bangunannya,
    renovasi tapi kita tetap bisa menikmati indahnya bangunan

  11. Monda, wah… tugu mah tantangan banget. ramenya ampun-ampunan sekarang.
    Terpal itu pasti karena pemerintah mikirin banget cagar budaya mereka ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →