kenangan

Beberapa hari yang lalu, ketika RCTI menyiarkan Maha Karya Ahmad Dhani, saya merasa seluruh jiwa saya tersedot ke kisaran tahun-tahun kejayaan saya. Oh, itu seperti sudah lama sekali mbak? Tanya suara di dalam hati saya. Memang.

Satu hal yang selalu membangkitkan kenangan adalah album-album lama. Terima kasih facebook untuk menyediakan ruang untuk mengaduk kembali kenangan. Seperti beberapa saat belakangan ini, ketika sahabat-sahabat saya yang memiliki file lebih lengkap mulai mengunggah foto-foto masa lalu, ada banyak senyum yang saya terus lemparkan, demi melihat cuplikan hidup saya dan kami ketika itu diulang lagi di sana. Anda masih ingat kan, bagaimana rasanya menjadi remaja? ^_^

Spion

Kenangan seperti kaca spion. Gambarnya tidak lebih besar dari fakta yang ada. Harusnya sih seperti itu ya. Maka kalau kemudian kenangan itu menjadi bergulir dan lebih besar dari yang sesungguhnya pernah terjadi, rasanya kita perlu duduk sejenak dan mungkin mengganti kaca spion itu. Bukan apa-apa, kalau saya yang mengalaminya, saya takut sebenarnya saya sedang hidup di masa lalu saja, yang mungkin memang indah, tapi sudah berlalu.

Idealnya kaca spion adalah pengingat kita tentang apa yang sudah pernah kita alami sebelumnya. Yang kita mestinya hadapi adalah tujuan yang ada di depan dan kendaraan yang sedang kita tumpangi. Mungkin. Setidaknya menurut saya. Tapi Lauren Oliver dalam Delirium bahkan lebih berani memiliki pendapat tentang kenangan. Dia bilang, kenangan adalah sampah. Tidak ada sedikitpun darinya yang perlu kita punguti lagi. Saya tidak setuju. Buat saya, bahkan sampahpun akan tetap saya daur ulang. Sebisa mungkin saya tidak ingin meninggalkan kenangan yang tidak bisa dipakai lagi.

Sejarah

Kenangan adalah sejarah. Sejarah terus berulang. Satu hal ini saya percaya benar. Hanya saja, sering kali dia berulang dengan cara yang berbeda. Penciptaan, penundukan, penguasaan, peperangan, kisah-kisah cinta abadi, dikemas dalam berbagai bentuk yang berbeda. Bahkan beberapa template-nya seperti copy-paste saja.

Meski demikian, saya lebih senang melihat kenangan sebagai sejarah. Tapi kali ini, dengan sebuah kesadaran ala Keledai, bahwa kita tidak akan jatuh di tempat yang sama. Harapannya sih, ketika memiliki kesadaran bahwa kita tidak akan jatuh di tempat yang sama, kita jadi bisa memilih akan mengulang  adegan yang mana dari lapisan kenangan yang kita miliki. Kalau kita memang sangat menyukai adegan dimana kita melewati jalan yang penuh lubang, maka kali ini saya memutuskan untuk melewatinya sambil membawa senter, tongkat dan seorang teman untuk menemani saya.

Jadi kalau toh harus jatuh lagi, setidaknya saya tidak jatuh sendiri. DZIG!!!

Defrag

Seorang sahabat mengaku kehilangan banyak kenangan. Saya sering heran bagaimana seseorang bisa sehebat itu mendefrag memorinya, menghilangkan yang dianggapnya tidak perlu dan menyimpan seperlunya saja. Yang saya bayangkan tentang penghapusan memori adalah, bukan penghapusan memori ala Jason Bourne, dimana semuanya hilang begitu saja, tapi lebih tepatnya memilah memori mana yang perlu disimpan dan mana yang perlu dimasukkan ke dalam kotak untuk sementara, dan dikeluarkan hanya jika memang diperlukan.

Saya pernah kehilangan kenangan di salah satu fase hidup saya. Ada tiga peristiwa pedih yang mungkin sengaja dihilangkan oleh memori saya untuk melindungi sisa memori baik yang lain. Selama 17 tahun memori itu hilang begitu saja, sampai ada satu titik dimana saya mengingat semuanya dengan sangat jelas. Dalam hitungan bulan setelah semua kenangan itu kembali, saya baru bisa memaafkan kejadian itu dan memaafkan diri saya sendiri karena ketidakberdayaan saya ketika itu.

Mungkin itu alasan kenapa Tuhan memberikan kemampuan manusia memiliki sistem imun terhadap rasa sakit yang ditimbulkan dari kenangan. Tapi Tuhan juga memberikan free will manusia untuk menggunakannya atau tidak. Ada yang memilih menyimpan kepedihannya, ada yang memilih melupakannya. Itu juga pilihan yang dibebaskan pada kita untuk mengambilnya.

Satu hal yang lucu dari imunisasi kenangan ini menurut saya adalah, ketika saya memutuskan untuk menghapus satu kenangan yang menurut saya hanya menuh-menuhin file, orang lain justru memutuskan untuk menyimpan kenangan yang itu. Jadinya, ya Jaka Sembung naik ojek gitu. Nggak nyambung jek, gitu #eh..

Tapi nggak papa juga kan nggak nyambung? Karena kita jadi punya kesempatan untuk merangkai kembali puzzle yang sama. Saya mengantongi sebagian gambarnya, teman-teman yang lain mengantongi gambar yang saya tidak punya.

Mari kita lihat, kenangan ini akan menjadi indah kalau sudah terlihat gambar utuhnya nanti. Sehingga kita punya kesempatan untuk menuliskan ulang kenangan itu.

Teman-teman Jagabhumi, saya pinjam gambar Diksar penuh kenangannya ya.

Nuwun..

← perjalanan = pelajaran
tak ada yang abadi →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. hmmm, bagus jg bila kamu bs mjd spion yg kinclong.. stidaknya aku bs melirikmu ada dimana 🙂

  2. Mari kita aduk bareng, supaya jadi sajian yang indah. Mmm.. aku spion yang kinclong? Rasanya aku justru akan menuh-menuhin spionmu, dengan kelebihan berat badanku ini mas 😛

  3. ya bnr mas ibarat kaca spion di mobil bisa lihat kekana ke kiri sebagai rambu kita untuk melangkah dan betul sekali masa lalu gak masalah kita daur ulang atau kita aduk aduk ibarat pecel agar dapat yang enak nantinya sebagai pelajaran kita melangkah .. thanks ya mas baca ini aku bisa banyak belajar tentang kehidupan good luck for you

  4. kepingin bisa menghapus kenangan pahit yg ingin dilupakan tp seringkali muncul saat melihat sesuatu yg membangkitkan kenangan itu…akhirnya ya pasrah aja

  5. Kalo aku sih…milih untuk tidak menghilangkan KENANGAN pahit, gak tau yah… gak mapu atau gak rela, kenangan itu sebagai cerminan… suatu saat kita akan berkaca pada kenangan pahit itu, kalo di hapus handeemandeee…

  6. @trye, reuni ajaaa
    @elva, hahaha.. perumpamaannya pecel, jadi ngiler
    @ratna, jangan dihapus, sayang2..
    @zhu, sepakat… 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →