Malam ini neneknya Vanya menanyakan ke saya, apakah saya mengirim bunga untuk anak saya. Hmmm… sore tadi kita nonton Logan bareng, jadi kayaknya agak aneh kalau saya mengirimkan bunga setelahnya. Kalau ada yang mau saya kirim ke anak saya, adalah makanan. Biar dia nyemil sambil belajar atau baca buku/novel/apapun.
Kayak gini ya rasanya punya anak yang sudah beranjak – berat rasanya menyebut – remaja. Ada roller coaster-nya di dalam jantung kita. Terus mulai mencari tahu posisi kita ada di mana sekarang. Harus senang, khawatir, mulai menyingsingkan lengan berperan menjadi mamak-mamak galak, atau bagaimana? Saya juga tidak tahu harus menceritakan pengalaman yang mana, karena dulu waktu muda ibunya nggak pernah dapat kiriman bunga rahasia. Semua yang mengirimkan bunga, makanan, atau apapun selalu menyebutkan nama.
Maka karena sesungguhnya agak bingung harus melakukan apa, saya memberinya ide untuk menjadi detektif. Kalau dia memang mau tahu siapa yang mengirim bunga, maka di sekolah dia harus pasang indra dan melihat gejala-gejala luar biasa yang terjadi di sekelilingnya. Saya sendiri langsung stalking sosmed si anak, mengepoin siapa saja yang suka tag dia foto. Tapi terlalu banyak nama bermunculan di sana dan saya tersesat.
Malam ini saya tanya anak saya, apakah endusan detektif yang saya ajarkan padanya membuahkan hasil. Jawabnya, “Haha.. Aku malas, aku biarin aja.” Sebetulnya saya kecewa, karena penasaran ingin tahu siapa pengirim bunga misterius itu. Tapi saya juga segera belajar dari anak hebat berysia 15 tahun ini. Segala sesuatu yang nggak jelas, nggak perlu diseriusin amat lah. Yang pasti-pasti aja. Mendingan energinya disalurkan untuk yang lain.
Well, Secret Sender whoever you are somewhere out there, this might not be your lucky day. But thank you for your move.
waduh udah ada secret admirer ya.. bentar lagi kalo weekend ada yang ngapelin deh. hahaha.