Menulis Itu Mudah

Dua minggu lalu diminta sama Rotary Kunthi untuk sharing masalah tulis menulis. Hmmm… sebenernya belum jagonya banget. Tapi, judulnya juga sharing. Jadi, kenapa kacang?
Waktu itu judul power point-ku adalah kayak judul postingan ini. Menulis Itu Mudah. Yes it is. Coba cek, berapa diantara kita yang tidak pernah menulis SMS, surat, atau membuat pekerjaan Mengarang untuk pelajaran Bahasa Indonesia waktu jaman sekolah dulu? Selama sekolahnya di Indonesia, pasti ada pelajaran mengarangnya. Iya kan?
Tapi giliran nggak jadi pelajaran, kita kan butuh alasan tuh, nah, ini dia alasan untuk pertanyaan:
Mengapa menulis

  • Anak cucu kita akan mengenal secara langsung siapa moyang mereka. Kebayang nggak kalau Shakespeare dan Gibran nggak pernah nulis? Mungkin nama mereka cuma bertahan sampai orang-orang yang mengenal mereka secara langsung meninggal. So, itu alasan pertamaku menulis. Aku mau 7 turunan mengenal nenek Dian ini. Biar akrab.
  • Tinggalkan kenang-kenangan untuk bumi. See? Jangan sampah sama polusi aja yang kita tinggalin buat bumi ah. Hari gini!! Kita tinggalkan pengetahuan, cerita bagus, harapan, dan hal-hal positif dengan tulisan kita kayaknya seru.
  • Aktualisasi diri. hhmmm… yang ini nggak perlu dijelasin kayaknya. Jelas, siapapun butuh pengakuan. Narsis!
  • Menambah isi kantong. Pernah baca kan, postingan atau tulisan tentang royaltinya Andrea Hirata untuk Laskar Pelangi? Not to mention royaltinya JK Rowling untuk Harry Potter. Kenyang deh!!

Lalu, kalau alasan menulisnya udah ketemu, sekarang, bagaimana memulainya

  • Berani MALU. Jelas! Begitu orang published buku, kalau terkenal ya siap dikritik, kalau tulisannya kontroversial, ya mesti siap dituduh yang enggak-enggak atau yang iya-iya, dan siap dikituduh plagian juga.
  • Tulis sesuatu yangkita sukai atau berdasarkan pengalaman. Nggak perlu ngarang kan? Gampang banget kan? Pengalaman bisa aja apa. Suka masak? tulis… Suka naik gunung? Ada cerita seru di salah satu pendakian? Ada kisah cinta romantis di sela-sela hilang di gunung? Tulis! Snap snap snap… It’s so easy you know.
  • Jangan berhenti. nah ini. Paling gampang ngomongnya, tapi prakteknya ampun-ampunan. Kalau kamu lihat di folder berjudul “and the story goes” di laptopku, maka ada puluhan unfinished stories. Jadi intinya, jangan ikuti langkahku yang satu ini. Bikin satu, selesaikan. That’s all!!
  • Minta orang lain membacanya. Pertama kali nulis novel Andini, tidak seorangpun kuijinkan membacanya, sampai akhirnya terbit jadi published novel. Kenapa? takut dikritik. Padahal, justru kritikanlah yang bikin kita lebih baik.
  • Kalau buntu ide, baca buku lain, atau nonton film, atau jalan-jalan, atau nonton TV. Apa aja deh! Lakukan untuk menambahkan ide baru di kepala.

Next, ini adalah beberapa ketakutan sebelum seseorang mulai nulis:

  • Takut jelek
  • Takut kepanjangan
  • Takut kependekan
  • Mau nulis apa?
  • Siapa yang mau membaca?
  • Tidak biasa

Hihi… mau dipelihara rasa takutnya terus menerus? Sampe kapan?? Percayalah, ketakutan itu semua hanya bisa diatasi dengan melakukannya. Just do it!!

Nah, sekarang sampailah kita di bagian akhir. Yaitu: tips menulis ala Dian. Halah!!

  • Jangan bingung dengan urusan kecil (judul, tema, target pembaca)
  • Buka mata dan telinga lebar-lebar, setiap titik bisa jadi ide.
  • Bawa catatan kecil dan pulpen dimanapun anda berada. Laptop emang keren dan mutakir. Tapi kalo lagi nongkrong di toilet dan ada ide masuk, maka note (beneran) dan pulpen jauh lebih aman.
  • Lebih banyak membaca. Ini mah standard. Kalo gak mau baca, jadi penyanyi aja kali ya… Hehe…
  • Udah, itu aja. Jadi…

Yuuwk… MULAI SEKARANG JUGA!!

← tattoo
EARTH HOUR the beauty of being in the dark →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. salam kenal…
    saya juga penulis..tapi mulai belajar.novel baru terbit satu tapi ya gitu deh…
    btw…appearance blog kita sama lho…hehehehe…

  2. Berarti draft novel berikutnya udah boleh dibaca Yan?
    Hehehe..
    Gw suka nulis sama kuatnya sama suka nunda.
    Phew..!! Aliran gw MoodyCynicalRealist..
    Tergantung sikon menyindir kenyataan. Begitu kira2.
    Nice posting, Yan.. as always

  3. Kunjungan balik. Wah..ternyata daku mengunjungi blog seorang penulis. Mantap..pas dateng, dapet ilmu pulak.
    Thanks ya jeung.. udah main ke tempat ku.
    Nice to know you… 🙂

  4. mbak yang kerjasama menulis itu masih berlaku kan? Saya akan kirim segera ke email mbak, lalu dikabari lg kpn ya mbk?=)

    makasih

    goodluck=)

  5. Wah.. makasih atas tips menulisnya, saya kadang suka bingung klo mau nulis di blog, maklum masih belajar..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →