Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian.
2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa lagi. Banyak hal berbeda dari tahun sebelumnya, semua serba daring. Teman daring, belajar daring dan wisuda juga daring. Orang tua muring-muring. Banyak yang protes minta diskon biaya sekolah atau memilih home schooling, tanpa menengok lebih jauh apa maksudnya sekolah berbasis rumah itu.
Di tengah semua huru-hara pandemi ini, masih ada saja yang tidak percaya dan menganggap pandemi ini hoax belaka. Celakanya, yang percaya saja masih ada yang menyepelekan, lalu bagaimana yang tidak?
Maka salah satu cara adalah menjaga diri sendiri dan keluarga terdekat. Memangnya, apa lagi pilihan kita? Ketika teriak-teriak tidak lagi didengarkan? Ketika para tenaga kesehatan berguguran, disematkan gelar pahlawan tetapi praktiknya masih menyepelekan.
Di ujung tahun ini, seperti ujung-ujung tahun yang lain, ada harapan yang muncul. Vaksin sudah dikirim dengan selamat sampai ke bumi pertiwi. Masalah implementasinya, semoga juga akan lancar belaka sampai ke rakyat yang membutuhkan.
Lalu di ujung tangan saya di dalam layar kecil yang digenggam kemana-mana, di antara doa yang timbul tenggelam dipanjatkan, hampir setiap grup WA memberitakan sudah ada yang terpapar virus ternama ini. Adiknya, istrinya, suaminya, anaknya, bahkan dirinya sendiri. Semakin jauh rasanya harapan akan bepergian, baik dalam urusan meluruskan kaki dan pinggang, mengisi linimasa sosial media, maupun dalam rangka mengisi kantong.
Di tengah kecamuk pikiran yang semakin ingin berontak keluar dari batok kepala, kembali diingatkan oleh seorang teman. Kakak Mila Nuh, di dalam dua sesi pertemuan She Creates Change 2.0 mulai membantu saya dan semoga juga peserta yang lain, untuk mendefrag pikiran.
Mindfulness
Kembali ke tahun 2008, pada suatu hari pernah mengikuti Meditasi Mengenal Diri atau Vipassana. Ingat sekali ketika itu, bagaimana kita diajarkan untuk mengenali diri kita, untuk melakukan segala sesuatu selangkah demi selangkah. Melakukan sesuatu dengan fokus.
Kemarin kembali diingatkan lagi, mindfulness adalah bukan tentang mengosongkan pikiran – itu mah bengong namanyanya, neng – tetapi tentang memberi jarak dari satu pikiran ke pikiran yang lain.
Meniatkan perhatian dan memperhatikan niat. Kalimat yang sangat indah. Saya suka. Dan saya tahu ini adalah latihan yang membutuhkan disiplin dan niat hati yang kukuh.
Orang-orang seperti saya, yang punya sejuta keinginan dan impian di kepala, yang cita-citanya jadi Wonder Woman untuk menyelamatkan dunia, kalau tidak belajar untuk menata niat dan mengukur kemampuan, mungkin bisa gila karena kehabisan napas atau frustasi karena impian semakin jauh dicapai.
Breath in, breath out
Kayaknya sederhana banget ya? Bukannya kita melakukan itu setiap saat? Kalau nggak menghirup dan menghembuskan napas, mati dong kita. Yes! Sesederhana itu, bernapas sudah menjadi rutin dalam hidup kita, tetapi menarik dan membuang napas yang disadari akan terasa berbeda.
Rumus 4-7-8, gitu kak Mila ngajarinnya. Tarik napas 4 hitungan, tahan 7 hitungan, lepaskan perlahan 8 hitungan. Tenang aja, saya juga belum berhasil-berhasil amat kok. Tiap lepas napas di hitungan ke-3 atau 4, udah habis udara di dada, perut dan diafragma saya. Ketahuan kan, kalau grusa-grusunya memang perlu ditertibkan.
Ah, saya tidak sabar akan belajar banyak hal lagi. Baru dua pertemuan dari 11 pertemuan yang direncanakan. Bersama-sama dengan 29 peserta She Creates Change yang luar biasa membuat saya antara merinding karena bangga disandingkan dengan orang-orang sehebat itu, dan bergemuruh dada saya karena saya tahu, bersama-sama kita masih selalu memiliki harapan untuk menyelamatkan bumi.
Oh, satu lagi yang terus diingatkan oleh kak Miju, Mila dan Shobi, journaling. Ouch! Punya blog aja jarang di update sekarang. Peace! Terima kasih sudah diingatkan.
Jadi kalau minggu depan saya ditanya, apa highlight dalam hidup saya hari-hari belakangan ini? Belajar mendefrag pikiran dan keinginan. Yup, menata kembali apa yang kita inginkan, apa tujuan hidup kita, untuk memberi ruang supaya kita tetap waras ketika menjalaninya.
Salam sehat selalu!
Kerenn kakk bagaimana kita emang sesekali harus mendefgrag pikiran kita ya
Iyes kakak. Perlu banget. Biar nggak keselek-selek pas lagi nelen mie sehat dan mangga Indramayu 🙂