Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini:
Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup saya saat itu. Jangan sedih, setengahnya belum saya kirimkan sampai sekarang, dan ada satu yang paling membuat sedih. Ada yang karena kemalasan ke kantor pos, nggak saya kirim-kirim sampai akhirnya beliau keduluan pulang dan tanpa sempat membaca kartu pos dari saya.
Tahun ini saya ngapain ya? Tahun ini udah dikasih kado sama semesta yang sangat saya syukuri. Kami sekeluarga sembuh dari Covid. Udah, nggak butuh apa-apa lagi rasanya. Semoga belum telat kalau di tahun ini saya seriusan mulai hidup sehat. Semoga kebiasaan ini terus berlanjut sampai tua dan saatnya pulang nanti ya.
Malam tadi setelah sekian lama nggak ngerumpi, saya bisa chat lama banget sama seorang teman, dan serunya adalah karena kita ngomongin orang lain di sana. Hahahaha…
Ada banyak hal yang membuat saya lega. Semoga teman ngobrol saya juga sama leganya ya dengan saya. Kalau nggak kasihan banget dia, ngeladenin saya hahahihi tapi nggak dapat apa-apa. Orang yang kita omongin banyak. Dari mulai yang ngeselin karena nggak percaya Covid dan anti vaksin, sampai ke orang yang menyia-nyiakan potensinya padahal orang lain di sekitarnya melihat potensi itu dan kesel aja gitu. Yang dia lakukan adalah terus menerus berjalan melingkar tanpa akhir, and trying to proof what?
Tapi ya kalau dia nggak gitu, malah nggak bisa kita jadiin bahan obrolan malam tadi, kan.
Setelah obrolan berakhir, dia kembali ke deadline dan saya kembali ke film dokumenter tentang perkawinan di Iran, saya jadi memaksa diri membuka lemari ajaib di kepala saya dan memandangi cermin di bagian dalam pintunya.
“Hey, kamu tadi ngomongin orang, yakin nggak ada bagian dari kamu di situ yang sebenernya perlu kamu review sendiri?”
Sekarang tahu kan, kenapa cermin ajaib emang perlu dihancurkan sama ibu tiri?
Dan sayapun memandang cermin itu lebih lama. Iya ya, banyak bagian dari obrolan seru tadi yang mungkin juga di seberang dunia lain, ada orang lain yang sedang ngerumpiin saya dengan tema yang sama. Ouch!
Maka saya menggunakan kesempatan bercermin semalam untuk flashback, selama lima tahun ini apa aja ya, yang saya lakukan? Saya menjadi lebih baik nggak ya, dari ulang tahun saya dimana saya merasa look good lima tahun lalu? Kalau nggak, kok sia-sia banget yak.
Maka hari ini saya nemulah quote ini:
Ok, nggak papa. 44 tahun yang lewat adalah pelatihan yang panjang dan seru. Panggungnya mulai dibuka sekarang nih. Di hari-hari berikutnya orang harus ngomongin saya kayak sekarang saya ngomongin Raif Badawi dalam hal baik dan keberaniannya, Eka Kurniawan karena kegilaan dan konsistensinya, Mira & Riri karena film-filmnya, gitu pengennya.
Dari hasil ngobrol dan bercermin semalam saya jadi seperti diingatkan bahwa orang hidup itu idealnya ya punya tujuan. Nggak papa sih nggak punya tujuan, tapi tapi itu biar orang lain aja. Saya tetap mau jadi bagian dari semesta yang punya tujuan. Maka di satu titik saya harus berterima kasih sama obyek pembicaraan semalam karena sudah mengingatkan dan mengembalikan saya pada tujuan awal.
Pesan kuncinya adalah: berhenti melingkar-lingkar, karena sudah 44 tahun kamu berlatih, jadi sudah cukup. Berikutnya adalah pertunjukan yang sesungguhnya. Dan pertunjukan-pertunjukan yang saya sudah persiapkan untuk setahun ke depan adalah:
- Nerbitin novel lagi
- Terjemahin Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam ke bahasa Inggris
- Belajar satu bahasa asing lagi dengan serius
- Tambahin mainan banyak-banyak di Gogotoys Rental
Maka dengan ini saya tahu bahwa saya harus lebih banyak riset, nulis, riset nulis, jalan-jalan ke Toys Kingdom dan makin akrab sama Duolingo.
Hahaha… Happy birthday to me!
Kalau saya biasanya sebisa mungkin untuk menyeimbangkan antara tujuan2 dan mengalir saja agar tidak mudah stres.