Masih di rangkaian oleh-oleh dari Eropah nih… Salah satu hal yang paling menarik dalam perjalanan saya ke Austria, Bratislava dan Praha adalah para pengamen. Saya tinggal di Indonesia sejak lahir dan pengamen adalah pemandangan yang saya lihat sehari-hari setiap saat dimanapun. Dari mulai saya kecil, pengamen datang ke rumah-rumah, sampai sekarang pengamen yang tersebar di Malioboro dan jalan-jalan lain di Jogja, dan dimanapun. Persamaan para pengamen di Indonesia adalah mereka menyanyi. Entah suaranya bagus atau enggak, nadanya pas atau ngaco, pokoknya berani mati aja. Nyanyi. Well, belakangan sih, ada pengamen yang kreatif dengan menari tarian-tarian daerah. Acung jempol buat mereka.
Nah, ini dia nih, beberapa ide kreatif untuk ngamen supaya nggak melulu nyanyi-nyanyi aja.
Pengamen ini saya temui di Charles Bridge, atau kalau di Praha akan ditulis Karluv Most. Usia bapak-bapak musisi ini udah lebih tua dari bapak saya semua, saya yakin. Artinya 60 tahunan ke atas lah. Tapi mereka main musiknya luar biasa jago. Musik yang dimainkan jazz, kadang-kadang nakal-nakal dikit mainin salsa. Orang-orang yang nonton berkeliling aja di sekitarnya. Bahkan di sebelah saya, ada ibu-ibu yang ngajak anak lelaki kecilnya, baru 10 tahunan gitu untuk dancing. Seru kan? Terus orang yang appreciate ngelemparin koin aja gitu di kotak yang ada di depan mereka itu.
Pengamen berikutnya adalah mereka yang menggunakan keahlian berpantomim. Dari mulai yang pantomim dengan pakaian putih dan hanya mengandalkan suara peluit yang muncul dari mulutnya, dan kadang berubah menjadi suara seperti Donald kdang berubah jadi suara lain lagi dan seterusnya. Kalau mbak yang pake baju putih ini, dia memakai selang yang dialiri air ke ujung-ujung kukunya, sehingga seolah-olah dari jari-jarinya keluar air. Jadi dia semacam menjadi dewi dari kayangan yang menurunkan air untuk menyirami tanaman. Mas-mas itu ada di Stephandom – Vienna, sedangkan si mbak ada di Bratislava.
Pengamen kreatif lain adalah para pendiam ini. Kenapa disebut pendiam, karena mereka melakukan aksi tidak bergerak untuk ngamen.
Gambar yang kiri adalah pengamen diam dari Bratislava. Dia konsepnya menirukan patung yang di sebelahnya itu. Patung selamat datang ala Bratislava dengan tuxedo khas mereka. Sementara yang kanan, saya temukan satu hari sebelum saya pulang dari Vienna. Saya menyebutnya the Golden Aircrew. Keduanya konsepnya sama. Mereka berdiam diri tanpa gerakan sama sekali. Tapi begitu mereka mendengar ada suara uang logam dijatuhkan ke dalam topi atau kotak yang mereka siapkan, mereka akan bergerak. Uniknya, mereka memperhatikan suara keras pelannya uang logam. Kalau suara berat uang logam, mereka akan membuka mata, dan membuat gerakan memanggil kita untuk berfoto. Tapi kalai uang logamnya ringan yang artinya nilai uangnya juga tidak besar, mereka hanya membuka mata dan melambaikan tangan. Duuh… matre ya?
Hehe ada2 aja nih.. tapi postingannya sangat menarik sob…
Soory baru mampir nih sobat.. hehe postingan yang sangat ok nih
Wah ngamenya menggunakan partitur he he… :D.
@Saung & Link: terima kasih 🙂
@Cahya: gaya banget kan? 😉
pengamen di sana mengeluarkan modal dan beda dgn di negara kita yang hanya menggunakan peralatan seadanya 😉
Hehehe… iya, itu bedanya ya 🙂
nah itu dia, di sana mah pengamennya emang total seperti seniman, benar2 menyuguhkan karya seni dan kreativitas.. nah kalo di sini? tahu sedniri lah hehe..
wah kerenn ya bisa jalan2 mpe austria (mupeng). jadi inget klanting salah satu finalis imb, yg dulu juga merupakan pengamen jalanan dan sekarang udah mulai menancapkan kesuksesannya.
salam kenal 🙂 , pengamen Indonesia vs Pengamen Luar Negeri, sama2 kreatif, tapi yang menghargainya beda2 he2
Luar negeri, khususnya Eropa, emang serba kreatif, termasuk ngamen itu, dan pengemisnya juga termasuk kreatif.
@’Ne: harusnya gitu ya, ada pendidikan seni khusus untuk pengamen, loh?
@Febe: saya juga selalu terinspirasi sama Klantink. From zero to hero beneran ya 🙂
Kunjungan balik sob.. Tadi udah koment, tapi nggak masuk, gimana sih si wordpress nih?
Unik2 ya sob..
Salam kenal..
Kelabang: hehe… kan perlu dimoderasi untuk kunjungan pertama.
Next time, langsung deh 🙂
Iya, di Eropa, pengamen dihargai, dan mereka memang serius.
Dalam perjalanan ke Jerman Timur (Dresden) saya dan teman-teman menemukan dua anak sekolah ngamen dengan gitarnya…mereka senang sekali melihat rombongan orang Asia mengerumuninya, memberi tepuk tangan dan memberikan koinnya.
Saat jalan-jalan di Brisbane juga ada pengamen dengan gitarnya….
Mungkin karena mereka tak menganggu jalanan, orang suka mendengarkannya….
Maap nih… ehem.. *batuk*
Mengingatkan saya akan film “Euro Trip”. 😀
Sungguh, apalagi ada “Bratislava”, bener2 mengingatkan saya dengan film itu…. 😆
Setidaknya pengamen sana juga bermodal. 😀
Oh dimoderasi dulu, biasanya sih ada tulisan kalau masih dimoderasi, eh ini nggak ada, ya jadi penasaran, kirain di masukkan ke spam.
Asikk.. baru nyimak lagi nih blognya, ternyata banyak postingan menarik seputar perjalanannya waktu ke Eropa.. 🙂
@Edratna: Wah… Dresden, nyaris sampai sana. Semoga next time beneran sampe sana ya 🙂
@Asop: Wah, emang Euro Trip ada Bratislava-nya ya? Jadi pengen nonton film itu lagi. yang pertama apa ke-2?
@Kelabang: Haha… moderasi cuma untuk yang pertama aja kok 🙂
@Mustova: iya, sering-sering main sini ya 🙂
Bener-bener kreatif gan, 4 jempol dah buat mereka…
hehe itulah mbak bedanya indonesia sm negara2 lain, dari segi ngamennya aja dah beda apalgi yang lainnya..aplgi pada kretif. kita juga akn menghargai hasil karyanya bukan sekedar ngamen gak jelas tapi ujung2nya maksa minta duitnya..ngamen apa malak si wkwkw
@Masda: top!
@Kangmas Ian: hehehe.. makanya yg di sini kayaknya perlu dididik deh 🙂
mantap reportasenya! saya belum pernah liad yg begitu di indo sini 😛
Kreatif banget yaa.. Hingga tampak sekilas seperti bukan pengamen..
@Red: Kita ciptakan yang begitu yuwk 🙂
@Realodix: Betul. Pengamen yang elegan kalau kata teman saya 😀
@dian, aku bagian mukul2 kecrek aza deh, secara gak tahu maen alat musik wakakaka 😆
Wah, kalok ngamennya disini malah dikira orang ndak waras kali yak
@Red: hahaha… bagian itu jua aku paling ahli kayaknya 🙂
@nDaru: eh tapi di Malioboro malam itu mulai ada kok, lumayan bagus, seru… pake angklung segala
wah, bener2 keren abisss 😀
tentang pengamen patung, berarti bu dian masukin banyak dong. itu buktinya mau diajak foto.
Mengenai pengamen Indonesia, saya merasa nggak masalah kalo mayoritas nyanyi doang. Tapi saya paling salut dengan pengamen yang ada di Jogja. Mengapa? Karena mereka nyanyi nggak asal-asalan dan sangat menghibur. So karena bersungguh-sungguh, dapatnya juga banyak. Tapi kalo pengamen yang ke rumah2 jaman sekarang, duh… lewat aja mas! Udah nyanyinya nggak jelas, dikasih duit nggak terima kasih, eh malah ada yang maki kalo cuman dikasih dikit… *geleng kepala*
Yah, mereka ngamennya juga lebih berbudaya, mereka perform sebaik baiknya, kaleng tempat uangnya ditaruh dilantai… tak seperti pengamen di indon yang menyodorkan kaleng tempat uangnya setengah ngemis… bedalahhhhhh…… 😀
Kalau pengamen sini pakai tutup minuman soda…kreatif juga ya mbak?heee
postingannya menarik banget.. like this ya..
selamat hari raya idul fitri.
mohonmaaf lahir dan batin..
salam kenal.
@Krupuk: yups
@Lambertoes: 1 euro mas, hiks… 11 ribu ya kalo dirupiahin 😛
@Suke: Hehe, iya ya mas, kecuali di Malioboro, beberapa ada yg udah beneran berkesenian di sana.
@Akhmad: betul betul betul… udah boleh dapat nilai juga tuh
@Masreno: maaf lahir batin juga ya mas
Keren sekali.