Geocaching, Melihat Dunia dengan Cara Berbeda

Baru pertama mendengar kata geocaching?
Saya juga baru mendengarnya beberapa bulan lalu. Dan sejak saat itu, agak sulit untuk berhenti memikirkannya.
Apakah saya terdengar berlebihan? Yes! Saya memang jatuh cinta pada geocaching, kalau definisi jatuh cinta adalah tidak bisa berhenti memikirkan sesuatu yang kita cintai setiap saat.

Apa sih Geocaching ini sebenarnya?
Mari kita berkenalan dengan sejarahnya dulu. Tanggal 2 Mei 2000, 24 satelit di seluruh permukaan bumi dibuka secara bersamaan yang membuat akurasi GPS jadi 10 kali lipat lebih baik. Sehari sesudahnya, Dave Ulmer, seorang konsultan computer dari Oregon mencoba mengetes akurasi tersebut dengan meletakkan sebuah container di hutan dan menginformasikan koordinat lokasinya melalui internet. Sebulan kemudian Mike Teague menemukan container itu dan mengumumkan koordinatnya. Kurang lebih begitulah asal mula ide Geocaching ini dimulai.
Geocaching sendiri berasal dari dua kata. Kita tahu geo artinya bumi, sementara cache yang berasal dari Bahasa Prancis ini kurang lebih berarti kotak penyimpanan sementara. Teknologi juga memakai kata cache sebagai sesuatu yang disimpan di memory kita dan sewaktu-waktu dapat muncul kembali tanpa kita perlu me-retrieve ketika membuka website yang sama. Atau semacamnya. Permainan Geocaching ini kurang lebih bermakna persis seperti itu. Jadi ada benda-benda yang disembunyikan secara sengaja oleh orang-orang yang kemudian disebut sebagai pemilik cache, dan orang lain diberi petunjuk melalui app atau website untuk dapat menemukannya. Jeremy Irish adalah orang yang mengawali Geocaching.com ini.
Sederhananya kita semacam bermain PokemonGo tetapi dengan sasaran yang benar-benar ada dan bisa dilihat, dipegang, difoto. Lalu cara bermainnya gimana? Sesederhana, seseorang menyembunyikan sesuatu, lalu memasang lokasi serta petunjuknya di aplikasi atau web, kemudian seorang volunteer akan meriviuw, apakah lokasi sesuai, container aman dari kemungkinan berkarat, dikira sampah oleh orang, dan sebagainya. Setelah disetujui oleh volunteer, maka dia akan mempublikasikan cache baru tersebut di app. And voila… para cacher bersiap-siap untuk menemukannya.
Seru kan?

Lalu bagaimana Caching bisa membuat saya melihat dunia dengan cara berbeda?
Sederhana saja, di tempat kita tinggal sekarang ini, seberapa dekat kita mengenal kota tersebut? Tiap tamannya, gedung-gedung bersejarahnya, lokasi penting di kota itu, dan seterusnya. Dengan bermain geocaching, saya dipaksa pergi ke Pasar Majestic untuk pertama kalinya. Ngubek taman-taman di Monas, taman Menteng, Suropati, bahkan sampai ke kuburan-kuburan di Jakarta saya rela. Dan dari bermain caching ini saya menemukan banyak hal baru yang sebelumnya tidak pernah saya pikirkan. Pemandangan yang indah, kehidupan lain selain dunia rutin kita, dan kalau berhasil menemukan sebuah cache, rasanya kayak menang lotere.
Oh, yang belum saya sebutkan adalah persahabatan. Perkenalan saya dengan Geocaching adalah dari seorang teman. Lalu kemudian saya memperkenalkannya pada anak, adik dan teman lain, lalu teman saya pada temannya yang lain lagi, begitu seterusnya sampai entah hingga derajat ke berapa nanti. Kadang di dalam pertemanan kita berkompetisi – itu biasa, kadang kita saling membantu – ini yang seru, tapi tidak menjatuhkan. Kalau ada yang berusaha menjatuhkan, ya sudahlah bukan teman lagi dia.
Permainan seharusnya menyenangkan. Dan Geocaching sama sekali bukan perlombaan. Kalau anda sering bepergian ke luar daerah, permainan Geocaching ini membuat perjalanan panjang jadi lebih bernilai. Itu yang selalu saya lakukan sekarang. Tugas luar kota? Cek dulu aplikasi GC. Ada cache nggak ya di kota itu? Kalau ada… maka bukan cuma kerjaan yang akan kita rampungkan di sana, tetapi ada tugas rahasia lain yang bisa dianggap sebagai reward kita.

Satu hal ketika Anda memutuskan untuk download aplikasi GC dan mulai bermain-main dengannya. Be careful of the muggles. Muggles adalah sebutan untuk orang yang memindahkan atau mengambil container kita. Mereka umumnya tidak paham atau tidak tahu apa itu Geocaching. Tapi kalau Anda nggak berhasil menemukannya, sesederhana mengontak pemiliknya. Mungkin dia bisa mengganti dengan yang baru, atau memperbaiki letaknya, kalau memang rupanya masih ada di tempat yang sama.

Kalau mau lihat seseruan GC saya, silahkan cek IG saya @dianpurnomo yang pakai #geocaching yaa…
Happy caching, fellas!

← Posesif
The Shape of Water, Film Cinta Anti Mainstream →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →