Maafkan kata yang tak terucap…
coba, lagunya siapa itu? Peterpan bukan? Andra dan Tulang Punggung? Yah, gitu lah… Tapi we’re not talking about the song anyway. Ini adalah tentang pengalaman jiwaku belakangan ini. Dari mulai merasa banyak sekali dosa, (merasa? please deh!) merasa sangat kurang bersyukur, merasa sangat terberkati, merasa sangat disayangi, merasa sudah saatnya memperbaiki diri, kalau nggak entah kapan lagi, sampai merasa sangat kecil dan nggak berarti, dan merasa dekat dengan mati.
(http://flickr.com/photos/7185638@N04/506617343)
Thank God dipertemukannya sama teman-teman yang support. Opig untuk rajin-rajin berbagi ilmu, dan maaf karena dulu pernah ditolak mentah-mentah. Kalo Rani bilang, ini namanya Waktu Tuhan bu. Kita nggak pernah tahu kapan datangnya, memang beda sama waktu manusia. Nasehatnya sama, tapi waktunya berbeda, efeknya memang bisa beda banget. So here I am, selama tiga hari mengirim sms pada teman, sahabat, partner kerja, (yang dulu dianggap) musuh, (sekali lagi, yang dulu dianggap) orang yang paling dicintai, pokoknya siapa saja yang memungkinkan disalahin, disakitin dan dimarahin. Yang belum terkirimi, bukan berarti nggak dianggep ya, pasti karena nomernya diilangin dengan sengaja pas marah-marahan dulu.
Dan hasil balasan dari SMS yang kukirim ini sunggu mengejutkan. Ada tiga kategori:
- Hah? Kamu nggak mau resign kan? Nah, ini sudah pasti dari teman-teman kantor. Pertanyaan selanjutnya, mereka seneng atau sedih ya, kalau aku resign? Hahaha…
- Eh, ada apa ini? Kamu mau naik haji? Mau ke luar negeri? Owh… Amiennn… Yang berikutnya,
- Kamu habis kesetrum ya? Eh, kamu kok nakut-nakutin sih, aduh! Jangan bunuh diri ya… dan sejenisnya, atau, Ih, dhek Dian iklannya bagus deh, pasti sengaja pengen bikin aku kangen ya? Hahaha… Nah, mereka ini, biasanya langsung gantian curhat. Hihi…
Ada satu lagi sebenernya, mereka nggak komen di sms, tapi langsung telpon. “Di, are you ok?” atau, “Jadi ini sms yang menggemparkan seluruh kantor itu?” Haha…
Eh, satu lagi. Langsung paham dan memaafkan begitu saja. Nah, golongan ini, kalau kuperhatikan adalah orang-orang yang pernah melakukan hal yang sama denganku, atau orang yang lebih banyak umurnya ketimbang aku. Haha.. ngalamin sendiri ya, bo… perasaan-perasaan di atas.
Ada satu teman lagi, namanya Ulya, yang langsung paham dan bilang, “Bu, jangan sering-sering ya, inget matinya. Ntar lupa kawin lagi.” Hahaha… salah bu! Padahal, gara-gara inget mati itu, jadi kepikiran buat kawin lagi. Bukan kawin lari!!
What I’m trying to say here adalah, nggak gampang ya ternyata punya niatan baik. Kita sendiri sering gitu juga kan? Kalau ada yang berbuat baik, kita malah suka nanya, “Ngimpi apa lo? Kesurupan setan mana loe?” dan seterusnya. Nggak salah sih, atau lebih tepatnya, bukan sepenuhnya salah kita ketika menghadapi hal-hal baik dengan cara yang miring. Menurutku ini adalah sumbangan lingkungan. Merhatiin nggak, kalau belakangan kita dibesarkan, atau kalau yang sudah besar, ya dimatangkan dengan hal-hal negatif? Gosip nggak jelas, info gontok-gontokan dari mulai berebut duit 50 ribu, BLT sampai kekuasaan atas sebuah negara berpenduduk ratusan juta? Iya kan?
Terpaan media (halah, bahasanya komunikasi banget) itu juga yang membentuk cara kita bersikap. Defense berat. Tapi ya nggak papa juga. Itu salah satu bentuk upaya pertahanan diri kok. Diijinkan banget.
Sekarang balik lagi ke aku sendiri. Apa sih yang diharapkan dari sms-sms itu? Simply forgiven. Biar nggak ngganjel lagi. Biar besok lagi kalau mau bikin kesalahan inget sms itu. Malu kan? Kalau mesti ngirim sms-sms begitu setiap saat? Walaupun kalau terpaksa ngirim lagi, juga yakin akan dimaklumi. Tuhan aja bikin lebaran tahunan, bukan sekali seumur hidup kan?
So, here I am, on my knee, ask you guys to forgive me.
mmm… saya mau maafkan gimana mbak, sampeyan kan ndak punya salah sama saya…
aku juga mohon dimaapin. mumpung belum dikirimin sms ato IM. qiqiqi
Aku sudah tahu…
Pasti permintaan maafmu itu buat nulis blog ini…
Karena aku sudah pernah melakukannya dulu. Bedanya, aku tidak dengan meminta maaf. Tapi dengan mendatangi orang-orang, dan kemudian langsung memeluknya…
Lebih dahsyat kan? Hahahahaha…
Tapi sudahlah. Seingatku selama kita berhubungan, baik itu fisik maupun mental, sepertinya kita selalu harmonis, bukan? Nggak ada pertengkaran, nggak ada perbedaan fisi apalagi keyakinan.. nggak ada pula gangguan orang ketiga…
Jadi kapanpun kau kelak berbuat salah padaku, pasti akan secara otomatis termaafkan.. *edannnn*
@mas stein: kali-kali aja mas, nyakitin lewat komen di blog…
@jengipee: tapi kamu tak ym dengan titipan bekel kan?
@mas ganteng: sumpah! sumpih! bukan untuk kepentingan web. ini murni untuk kepentingan jiwa. web-nya adalah ekses. halah! iya… aku terharu dengan keharmonisan kita selama ini, hiks…
hahaha~ tak pikir ada apa tadi …bikin kaget aja mbak …
Saya pernah ngirim sms kayak gitu ke satu orang yang pernah secara tidak sengaja saya sakiti, dan dia ga membalas smsnyaa.. tapi saya sudah lega, terserah dia memaafkan atau tidak..
*malah jd curiga dugaan mas ganteng bener*
sing bingung malah bojoku di
“lha kamu tadi sms dian apa to? kok dian jawabnya pake awalan ‘jadi'” jan ra peka tenan
weh… Jeng Liyak, kok terus kompakan karo mas Ganteng. Iki gek meh sadar dan perbaikan diri tenanan kiiiieee..
kemane aje selama ini neng?? tanya suara dari dalam.
Maafkan daku.. bila ku mencintaiMU.. yaa ALLAH.. kok malah ngameeeeen.. hehehe..
Salam Sayang
Interesting article. Were did you got all the information from… 🙂