Selamat Ulang Tahun, Pak

Bapak sayang,

Hari ini Bapak merayakan ulang tahun di tempat yang berbeda dengan kami. Aku ingat pada suatu hari Bapak menolak ketika Ibuk mau merayakan hari lahirmu. “Nanti saja kalau sudah bonusan, baru dirayakan.” Bonus yang Bapak maksud adalah kalau sudah lewat dari usia 63 tahun

Aku tahu dari mana asal angka 63 itu berasal

Pak, selamat ulang tahun ya.

Tahun ini aku menghadiahimu dengan cerita sedikit tentang yang kau lewatkan dari kami. Atau mungkin justru Bapak tahu lebih banyak dari yang kupikirkan. Ijinkan aku tetap cerita ya Pak, karena kita sudah sepakat. Pembagian tugas di rumah kita, aku pencerita, kakakku pemusik, adikku jago ngaji dan matematika sementara yang bungsu, dia adalah penghibur sejati. Bersamanya, semua masalah jadi sirna.

Anak pertamamu, dia baru saja mendapat promosi jabatan. Kami sangat bangga padanya. Kupikir kakakku yang sangat emosional ketika masih muda itu akan terbentur banyak masalah kalau harus bekerja dalam tim. Ternyata tidak. Dia yang memimpin timnya sekarang. Hebat dia, Pak. Lalu kedua cucumu. Yang kecil menangis beberapa hari lalu karena takut bibinya akan tenggelam. Dia baru saja menonton berita di TV tentang pesawat yang jatuh. Pintar dia, Pak. Didoakannnya bibinya biar selamat. Lalu kakaknya, dia calon pemimpin sejati. Dia bisa membuat adiknya melakukan apapun yang dia minta. Dia juga sangat mandiri. Aku melihatnya sendiri membuat minuman tanpa tertumpah-tumpah. Menantumu merawat mereka dengan baik, Pak. Meskipun kadang masih pakai teriak-teriak. Tapi semoga teriakannya semakin hilang seiring bertambah usia cucu-cucumu itu.

Anakmu yang kedua, Pak. Dia masih belum berhenti berurai air mata ketika merindukanmu. Dia terlalu drama queen dengan menangisi yang belum terjadi. Lebaran nanti nggak ada Bapak, waktu adek dan aku married Bapak nggak akan jadi walinya, Bapak merayakan ulang tahun sama siapa di sana, anakku belum lama kenal sama kakungnya, udah ditinggal. Dan banyak lagi. Ah, dia memang cengeng, Pak. Tapi aku ingat, Bapak juga banyak menangis. Bapak tidak malu mengeluarkan air mata ketika sedih. Waktu Uti meninggal aku ingat bapak nangis terguguk seperti anak kecil. Setiap lebaran juga Bapak selalu menangis. Jadi, aku bisa bilang anak kedua bapak mendapat banyak stok air mata, sama persis dengan bapaknya. Lalu cucumu, ah… dia sudah besar Pak. Sebentar lagi lulus SMA dia. Anak keduamu itu tidak yakin kalau dia bisa sepertimu, membiarkan anaknya memilih mau jadi apa ketika sudah dewasa. Semoga cucumu tabah ya menghadapi ibunya.

Anak ketigamu adalah yang paling konsisten. Sejak kecil dia suka bermain ke masjid. Sampai kuliahpun dia memilih tinggal di masjid. Dan sekarang setelah lulus dan mulai bekerja, dia tetap memikirkan untuk kembali ke masjid. Cintanya hanya pada dua hal, masjid dan matematika. Dia juga mau menjadi pengajar. Dan satu lagi, berat sekali baginya meninggalkan Lampung. Dia mau mencari kerja di Lampung katanya, Pak. Doakan siapapun yang mendampingi hidupnya nanti sabar menghadapi dia ya, Pak. Kudengar dia sudah mulai naksir orang. Tapi anakmu yang satu itu agak peragu dia, Pak. Atau pemilih? Kita taruhan yuk Pak, berapa lama lagi dia akan menentukan pilihan? Hahaha…

Anak ajaibmu yang terakhir, dia memang terbaik. Bapak ingat waktu dia marah ke Bapak karena pada suatu hatu hari menolak minum obat? Yak, anak yang waktu marahin Bapak masih kelas II SMP itu, galaknya masih terus melekat sampai sekarang. Tapi herannya, dia disukai sama pasien-pasiennya. Tadinya kupikir hanya anak-anak saja yang suka sama dia, karena badannya sama-sama mungil. Rupanya aku salah. Belakangan dia punya pasien yang sudah senior dan sangat lekat padanya. Anak bungsumu ini akan segera menikah, Pak. Beruntung sekali laki-laki yang menjadi suaminya. Setidaknya rumah mereka akan penuh dengan teriakan-teriakan antara tertawa karena kekonyolannya atau karena dia yang teriak-teriak marah kalau orang lain melakukan hal yang sama padanya. Biarlah, anak itu memang diciptakan untuk mencerahkan dunia. Suka-sukanya dia saja lah.

Yang terakhir, istrimu. Dulu kupikir dia perempuan yang amat sangat tangguh dan tidak akan patah oleh apapun, sekalipun ketika ditinggalkan suaminya. Tapi aku salah. Dia hancur ketika Bapak menandatangani kontrak untuk pulang. Dia sedih karena merasa belum merawatmu dengan sepenuh hati. Kurasa kita semua setuju ya, Pak kalau kali ini dia salah. Istrimu, diantara kenyinyirannya dan kenekatannya adalah perawat terbaik Bapak. Dia tidak merawatmu dengan memanjakan. “Mas, bisa bikin minum sendiri kan?” Dan Bapak berjalan ke dapur membuat teh sendiri. Padahal seingatku dulu istrimu itu selalu membuatkan minuman buatmu bahkan mengambilkan makanan juga. Ketika kamu sakit dan semakin terbatas gerakan yang boleh dilakukan, maka dia mengajarkanmu untuk terus bergerak. Dia sangat mencintaimu. Fix. Dengan caranya yang unik.

Bapak, aku pernah membaca di suatu tempat, bahwa panjang umur adalah tentang bagaimana kita diingat oleh orang lain, bukan sekedar tentang lamanya kita hidup. Buatku, umur Bapak akan sepanjang tulisan ini dibaca orang. Cucumu yang belum lahir, cicit, canggah dan entah keturunan ke berapa nanti.

Selamat hari lahir, Bapak.

Kami semua sangat mencintaimu dan selalu merindukanmu.

← Apa Kabar Perlindungan Anak di Abad Pertengahan?
Lucky Bastard #4: Lahir di Generasi Musik Terbaik →

Author:

Dian adalah penulis Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam dan 8 novel serta kumpulan cerita lainnya. Peraih grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan She Creates Change Green Camp 2020 ini lahir tahun 1976, belajar komunikasi di Universitas Diponegoro dan STIK Semarang, lalu lanjut belajar perlindungan anak di Kriminologi UI. Dia adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ibu dari Vanya Annisa Shizuka dan beberapa anak lain. Saat ini Dian menghabiskan banyak waktunya menjadi penulis lepas dan konsultan untuk isu perlindungan anak dan kekerasan berbasis gender.

  1. So sad that I will only know him from storys Dian. But dont forget, as long as he is in his beloved ones hearts, he will keep on living XXX

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

What to Read Next

Perpus Provinsi Kalimantan Selatan yang Inspiratif

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara diskusi literasi di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga buat saya. Awal menerima undangan ini saya pikir kena prank. Masa’ iya sih ada Perpustakaan Provinsi bikin acara seperti ini, pikir saya. Tapi rupanya ibu Kepala Dinas ini...

Read More →

Berkah Dalem

Selamat merayakan Natal teman-teman, Berkah Dalem. Biasanya kalimat itu yang saya kirimkan ke sahabat dan teman-teman saya melalui WhatsApp untuk memberikan ucapan selamat Natal. Pagi tadi saya menyegarkan kembali ingatan tentang frasa Berkah Dalem, yang menurut beberapa referensi artinya Tuhan memberkati, yang menurut sejarah diambil dari kata Deo Gratia, berkah...

Read More →

44 Years of Practice

Lima tahun lalu saya dapat quote keren banget tentang usia 40, seperti ini: Gambar dari darlingquote.com Lalu tahun-tahun itu berlalu dan saya lupa apa yang jadi resolusi saya di ualng tahun saya ke-40 itu. Saya hanya ingat mengirimkan surat pada 40 orang yang pernah dan masih menggoreskan makna pada hidup...

Read More →

The Class of 94 and Beyond

Ilusi bahwa saya adalah Supergirl, Harley Quin, Black Widow, Queen of Wakanda patah sudah. Tanggal 25 Juni menerima hasil antigen positif. Tidak disarankan PCR sama dokter karena dia melihat riwayat orang rumah yang pada positif, “Save your money, stay at home, have fun, order as many foods as you like,...

Read More →

Domba New Zealand dan Pahlawan Perubahan Iklim

Pada suatu hari di bulan November 2016 bersama teman-teman dari tim Alzheimer Indonesia kami mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi di Wellington, New Zealand. Kok baru ditulis sekarang? Huft.. Seandainya kemalasan ada obatnya, saya antri beli dari sekarang. Ada banyak hal yang membuat orang mudah sekali jatuh hati pada Wellington, udaranya...

Read More →

Perjalanan ‘Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam’ Menemukan Jodohnya

Jodoh, rezeki dan maut ada di tangan Tuhan, katanya. Tapi kalau kita berharap Tuhan turun tangan untuk dua item pertama, nyesel sendiri lho ntar. Antriannya panjang, Sis. Ada tujuh milyar orang di muka bumi ini. Cover Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Maka saya menjemput paksa jodoh tulisan saya pada...

Read More →

Defrag Pikiran dan Keinginan

Ada banyak peristiwa yang terjadi selama tahun 2020 ini, meskipun ada banyak juga yang kita harapkan seharusnya terjadi, tetapi belum kejadian. 2020 adalah tahun yang ajaib. Lulusan tahun ini sempat dibully sebagai lulusan pandemi. Yang keterima sekolah/kuliah di tempat yang diinginkan tidak segirang tahun sebelumnya, yang wisuda tahun ini apa...

Read More →

Didi Kempot, Sugeng Tindak Ma Lord

Hari ini status itu yang saya pasang di media sosial saya dengan foto Didi Kempot hitam putih dengan tulisan the Godfather of Broken Heart. Patahnya hati saya mungkin nggak sepatah teman-teman sadboys dan sadgirls lainnya. Saya tidak mengenal secara personal mas Didi, hanya pernah papasan di sebuah mal di Solo...

Read More →