We couldn’t choose what we will be born. We could be born as a loser, winner, middle of anyone person, or nobody. We just can’t choose.
Kalau suatu saat kita terbangun dan menemui hidup kita begitu tidak membanggakan, so what? Idealnya kita memang memiliki dua orang tua lengkap. Bapak dan ibu. Bapak yang mencari nafkah untuk membayar sekolah, laundry, makan dan membeli mobil mewah, dan ibu yang menyusui kita setelah melahirkan, membesarkan dengan penuh kasih sayang, dan menjadi pembela disaat bapak marah-marah tidak terkendali. Itu semua memang ukuran ideal. Seorang kakak atau adik, atau keduanya yang kadang-kadang berkelahi tapi setelah itu berpelukan penuh kasih sayang. Bahagia sekali kalau di rumah kita tersedia semua menu itu.
Tapi kadang kita harus membuka mata dan menghadapi ibu yang pernah berselingkuh, ayah yang setiap pulang kerja selalu mengeluh, adik yang berdandan seperti pelacur, atau kakak yang reputasinya sangat buruk karena drug user dan belakangan ditangkap polisi karena mencuri. Lebih parah lagi, kalau pada suatu hari di saat kita akan mengajak orang tua kita untuk melamar atau menerima lamaran dari orang tua pasangan kita, dan kita baru menyadari bahwa kedua orang tua kita kurang koordinasi. Ibu entah dimana sementara bapak masih saja menggandeng gadis muda besutan terbarunya.
Terus kenapa kalau semua itu terjadi sama kita? Apa kita harus bunuh diri karenanya? Wait a minute… sayang-sayang hidup kita, teman!!
Kemaren bareng-bareng sama temen-temen milis Bicara Bebas bikin acara nonton bareng. Film yang terpilih adalah SleepWalking. The Charlize Theron yang main di sana. Hehe… cantik banget ya, tuh anak!! (distraksi) Well, anyway, film yang alurnya lambat sekali itu, cukup nancep. Kadang kita memang nggak punya banyak pilihan dalam hidup ini. Seorang ayah yang seharusnya melindungi, bisa saja menjadi monster yang suka memukul, atau bahkan melakukan kekerasan yang lebih parah dari itu. Seberapa sering coba, kita membaca berita-berita kriminal semacam itu? Ayah atau ibu yang menjual anaknya, melakukan kekerasan seksual, atau semacamnya?
And they’re not far, hey!! Kadang, kejadian yang sepertinya hanya ada di layar kaca itu, terjadi pada kita. Menyedihkan? Memang!
Lalu apakah kita akan berakhir pada sedih dan berhenti begitu saja? Seperti ending film SleepWalking itu? Ketika si anak sudah tidak tahan lagi melihat kekerasan ayahnya yang bukan hanya dilakukan padanya, tapi mulai merambat pada sang cucu, maka dia membunuh si ayah. Cerita memang berakhir. Kekerasan sang ayah memang tidak akan terulang lagi. Tapi tidakkah si anak itu sudah menjadi ayah berikutnya? Dia mengakhiri kekerasan dengan kekerasan yang lain. Kekerasan yang harus dibayar mahal olehnya sendiri.
My dear friend, sebenernya selalu ada tempat berlari kok, untuk semua masalah yang kita hadapi. Maksudnya berlari, bukan lari dari masalah. Tapi lari untuk menyelesaikan masalah. Tanpa menjadi sok menasehati dan sok berpengalaman, tapi percayalah bahwa kita memiliki banyak teman. Dan ada sebuah negara dengan semua peraturan dan kelemahan yang dimilikinya yang berkewajiban menjaga dan melindungi kita dari kekerasan macam apapun. Sekalipun kekerasan itu datangnya dari dalam rumah kita sendiri. Kalau negara ini tidak juga sanggup melindungi kita, atau kita tidak lagi percaya pada lembaga bernama negara, aku yakin banyak orang, tetangga, teman, juga lembaga independen yang bisa membantu kita.
Just one thing i need to say here. Don’t give up. Hidup memang untuk diperjuangkan. Cos we all deserve to be happy.
Termasuk cabut dari kantor kalau kita sudah tidak merasa happy dan tidak bisa lagi membuat orang lain menjadi happy, ya mabkyu…
Yuk!
yuwk…
pokoknya, ingat kata madonna,
gak mau denger
gak mau tau…
pokoknya i happy
semua org berhak bahagia, tapi seringkali kesempatan untuk itu tidak ada…
phew!
* i sound unhappy now…*
hahahhahahaaa
HAH???
Itu bukannya liriknya begini :
“.. I don’t wanna hear..
I don’t wanna know..
Please don’t say you’re sorry….”
Bukan ‘happy’! *walah, dibahas!*