Hari Rabu lalu saya diundang oleh seorang sahabat dari Borda yaitu bapak DJ untuk mengunjungi sebuah desa eco tourism di daerah Jethak – Godean. Saya yang terbiasa mengisi kepala saya dengan ‘sesuatu’ sebelum pergi ke suatu tempat, memaksa untuk membuatnya kosong dulu. We can only pour water into an empty glass, katanya kan?
Kami berangkat bersama 8 engineer dari Vietnam, Kamboja, Filipin, Laos dan satunya lagi saya lupa, juga dua orang teman yang menerangkan ini itu, mas Ari dan Oni ya kalo ndak salah? Sebelum berangkat, waktu masih di kantornya Borda, saya sudah diterangkan bahwa kita nanti akan mengunjungi sebuah WC umum yang dibangun super canggih, karena di bawahnya ada penampung kotoran, pengolah air, yang membuat kotoran mereka yang terbuang bisa diolah menjadi gas, dan airnya bisa didaur ulang untuk digunakan lagi. Huff… semoga saya tidak salah. Karena penjelasannya teknis sekali. Saya hanya bengong waktu diterangkan. Saya pikir, sudahlah, nanti kalau sudah di lokasi saya pasti paham. Saya juga terbiasa tampak pinter kok. 😛
Sesampainya di sana, saya turun di sebuah halaman luas dengan bangunan permanen berwarna hijau. Ada tulisan MCK plus di atasnya, kemudian kami mulai diajak touring. Diterangkan tentang apa saja yang ada di sana. Mulai dari sebuah penutup yang di bawahnya ada chamber-chamber apa gitu. Inlet, digester, sedimentation dan sebagainya. Jangan suruh saya menerangkan di sini ya, saya sama sekali tidak paham. Yang jelas, itu MCK emang udah super canggih, karena ramah lingkungan, selain juga bersih dan nyaman.
Ada satu hal yang saya catet banget-banget dari kunjungan itu adalah, bahwa di tempat-tempat tertentu yang belum semua penduduknya memiliki fasilitas MCK di rumah mereka, kegiatan MCK ini adalah sebuah kegiatan sosial. Inget adegan eneng-eneng membawa cucian ke kali, para pemakai kali atau sumber air bercengkrama sembari mandi, sementara di sisi yang lain ada orang yang sedang membuang hajat, juga ikut menimpali pembicaraan di seberangnya? They are for real. Bukan cuma di desa KKN atau di pelosok Indonesia ini saja. Di salah satu propinsi berjudul Yogyakarta yang menjadi tujuan wisata di Indonesia ini juga masih banyak. IMHO itu artinya bahwa kepentingan yang harusnya pribadi itu, mestinya bisa diakomodasi dengan layak di tempat umum. Apa saja itu:
- kebersihan (baik air maupun lokasi)
- keamanan (berapa banyak perempuan dan anak jadi incaran “predator” dalam perjalanan ke MCK umum)
- kenyamanan
Dan hasil karya yang ditunjukkan pada saya siang itu, sungguh sebuah contoh yang idealnya bisa diterapkan juga di tempat lain. FYI, itu warganya yang punya inisiatif lho. Dan sekarang, setiap bulan mereka cuma perlu iuran kurang lebih Rp 3000-an per bulan dari uang jimpitan.
(this photo taken by DJ)
Nah, ternyata, kalau mau, nggak mahal kan, untuk hidup bersih dan sehat? Dan, psstt… saya bangga lho, bahwa para engineer di foto di atas ini, datang ke Indonesia untuk belajar membuat MCK semacam ini di negara mereka. Keren kan kita?
bos tukeran link dengan blog saya ya, please!!!!
http://hambyah.com & http://hambyah.info
Master Hamzah
Master Hambyah
salam kenal aja n nunut blogwalking
maen ke blog saya y di http://hambyah.com & http://hambyah.info
Thanks Sebelumnya
@Rchymera: beneran ya, kita main ke sana…
@Ria: betul, mari sampaikan pada yang hobi membangun negeri ini
@diah: amien
@hmbyah: yuwk mariii