Ini adalah tahun pertama saya merayakan pergantian tahun lunar, alias Imlek di Jakarta. Kebetulan juga tahun ini adalah tahun kelahiran saya *angkat kaca mata* tahun naga.
Terlepas dari apapun yang diramalkan orang tentang tahun naga, yang konon kabarnya merupakan tahun terbaik, tahun penuh rejeki dan keberuntungan, tapi ada hal miris yang saya temui di malam menjelang pergantian tahun.
Semasa masih di Semarang dan Jogja, saya biasanya merayakan pergantian tahun lunar dengan pergi ke beberapa vihara atau pusat-pusat kebudayaan Tionghoa di sana. Di Jakarta ini, yang saya tahu dan belum pernah didatangi adalah Petak Sembilan. Tadinya saya sempat ngotot bahwa namanya adalah Petak Tujuh. Hehe.. saya suka mengalami kesulitan mengingat-ingat angka.
Dari stasiun Jakarta Kota, saya dan dua orang teman berjalan menyusuri sisa-sisa pertokoan yang sebagian besar masih berwarna gelap sisa terbakar di kerusuhan 14 tahun yang lalu. Setelah dua kali bertanya, akhirnya kami melihat tanda-tanda Petak Sembilan. Lampion merah bergantung di sepanjang jalan, pedagang kaki lima menjajakan amplop angpao, gantungan kunci bernuansa merah terang dan emas, baju-baju chongsam merah, serta pedagang bunga yang ramai diborong oleh orang-orang yang akan bersembahyang.
Sepanjang perjalanan menuju vihara terdekat, ada satu hal yang mengganjal di hati saya. Sebuah mobil pemadam kebakaran, lengkap dengan krunya. Saya tidak melihat kebakaran atau sisa kebakaran di sana-sini. Setelah bertanya-tanya, tahulah saya bahwa rupanya bapak gubernur yang terhormat akan datang esok hari.
Maka muncul pertanyaan ini di kepala saya:
Kenapa baru ada acara bersih-bersih dan mempercantik diri yang dipaksakan, ketika akan ada pejabat datang? Emang kalau pejabat harus dikasih yang bagus-bagus ya? Bukannya lebih baik kalau mereka melihat kondisi sebenarnya, supaya kebijakan-kebijakannya juga lebih jujur? Ini perbuatan siapa ya? Para penjilat pejabat atau aparat negara yang tidak mau ketahuan kalau selama ini pekerjaannya tidak dilakukan dengan baik?
Lalu, ada hal lain lagi yang membuat saya merasa sekali lagi terobek jantung.
Tepat di pekarangan vihara Widya Dharma berkumpul ratusan orang yang duduk di bawah untuk menunggu dibagi angpao. Eh, tidak semuanya menunggu, lebih tepatnya ada yang secara agresif meminta angpao pada orang-orang yang lalu lalang di kawasan vihara.
Lalu di berita-berita TV saya melihat terjadi banyak kericuhan di vihara-vihara lain sehubungan dengan pembagian dan rebutan angpao.
Saya jadi ingin bertanya-tanya lagi, Kenapa setiap hari raya dimana ada kesempatan pembagian uang atau barang, selalu terjadi kerusuhan dan rebutan?
Di mana lembaga bernama negara yang mendapat amanat untuk memelihara fakir miskinnya dan anak-anak terlantarnya? Tidakkah hal-hal menyedihkan yang terus berulang setiap tahun ini bisa menjadi cermin agar tidak berulang lagi di kemudian hari? Kalau setiap tahun selalu terjadi hal yang sama, saya curiga para penyelenggara memang tidak melakukan apapun selain berusaha memakmurkan dirinya sendiri dan kelompoknya.
Aduh, bapak dan ibu penyelenggara negara, paham nggak ya, apa yang saya maksud di tulisan ini? Saya takut sudah menuliskan sesuatu yang sia-sia.
Atau sebaiknya besok saya mulai memposting tentang interior impor terbaru dan termahal saja, supaya lebih bisa dimengerti oleh mereka?
Entahlah…
semoga di tahun naga ini, korupsi di negara kita makin berkurang
salam kenal 🙂
sukses sellau gan ….
amien.. makasih andi
salam kenal juga agan malang
Mbak diaaaannn
Ayoook update lagi blognyaaa~
Tahun naga udah nyampe april nih heheh
liat infotainment katanya di tahun naga ini semakin banyak yang cerai sepeeti artis artis.. moga aja hanya akting aja artis itu.. hihihi.. 😀